10 Kiat Tingkatkan Kecerdasan Bayi
Orangtua memegang peranan penting dalam memaksimalkan perkembangan kognitif anak usia 0-12 bulan. Simak 10 kiat berikut untuk meningkatkan kecerdasan bayi.
Banyak orangtua yang mencari cara agar bayi cerdas. Perkembangan kognitif (intelektual) sejatinya merupakan perkembangan pikiran. Perkembangan inilah yang bertanggung jawab terhadap pembentukan mental, penyelesaian masalah, penilaian, bahasa, pemahaman sebab akibat, pengambilan keputusan, serta ingatan. Karena dikendalikan dari otak, perkembangan kognitif kerap dikaitkan dengan kecerdasan.
Menurut Piaget, pada bayi, perkembangan kognitif berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Karena itulah, orangtua memegang peranan penting dalam memaksimalkan perkembangan kognitif anak usia 0—12 bulan.
Bagaimana caranya? Dra. Lina E. Muksin, M.Psi., Senior Consultant Propotenzia, Bogor, memberikan 10 kiat yang dapat dijadikan acuan orangtua untuk memaksimalkan kognitif bayinya. Berikut 10 cara agar bayi cerdas.
1. Pada bulan-bulan awal, berikan stimulasi sensoris.
Pada bayi, pemahaman akan sesuatu berawal dari kemampuan sensorisnya. Ini berarti, khususnya di usia-usia awal (0—6 bulan), bayi menerima informasi tentang lingkungan di sekitarnya melalui pancaindra. Setiap penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, serta perabaan yang dilakukannya, akan menimbulkan berbagai sensasi yang pada akhirnya menciptakan suatu pemahaman pada otak bayi. Usapan handuk di tubuhnya seusai mandi, contoh, akan merangsang perkembangan kognitifnya, karena dari usapan tersebut bayi belajar mengenai tekstur kain handuk yang lembut.
2. Hindari overstimulasi dan suara-suara yang mengganggu.
Suara berisik akan memengaruhi konsentrasi. Ini pun berlaku pada bayi. Ia membutuhkan ketenangan ketika tengah membentuk pemahaman tentang sesuatu. Usahakan juga untuk tidak memberikan stimulasi dengan bertubi-tubi. Cara itu justru akan membuat otak bayi bekerja terlalu cepat sehingga tak mampu mencerna pengalaman yang didapatnya dengan baik. Lakukan stimulasi secara perlahan dan dengan frekuensi berulang-ulang.
3. Ciptakan lingkungan yang mendorong pembelajaran.
Selain lingkungan yang tenang dan aman, lingkungan yang penuh beragam benda stimulasi akan mendorong proses pembelajaran pada bayi. Tak perlu barang-barang mahal. Selama memiliki fungsi stimulasi, segala benda dapat dimanfaatkan, seperti, botol bekas air mineral yang diisi dengan beras. Mainan sederhana buatan sendiri ini berguna untuk menstimulasi pendengaran bayi. Untuk memberikan bunyi yang berbeda, tinggal mengganti isian dalam botol tersebut, beras dengan pipilan jagung kering, misalnya.
4. Merespons sinyal yang diberikan bayi.
Respons-respons positif yang diberikan oleh orangtua akan membuat bayi merasa diperhatikan dan makin menguatkan pemaknaan saat ia mengonstruksikan pemahaman tentang sesuatu di otaknya. Jadi, ketika bayi mengeluarkan suara, “aaaaa…” segeralah lakukan kontak mata padanya, sambil menirukan suaranya, “Aaaa….” dengan tersenyum tentunya.
5. Beri kesempatan padanya untuk melakukan perubahan.
Ketika bayi bermain, sodorkan mainan yang memungkinkan ia melakukan perubahan. Mainan yang sesuai dengan usianya (mudah digenggam) dan aman amatlah disarankan. Misal, kerincingan warna warni dan bola kecil yang terbuat dari kain. Kedua mainan itu memungkinkan untuk diangkat dan diraih bayi karena ringan. Pengalaman saat bayi mampu mendorong, meraih, menggerak-gerakkan bola/kerincingan itu, akan membangun kepercayaan pada dirinya bahwa ia mampu melakukan sesuatu. Ini adalah modal untuk lebih mengembangkan keterampilannya kelak.
6. Beri kebebasan untuk bereksplorasi.
Bayi belajar dari lingkungan di sekitarnya dengan melakukan berbagai eksplorasi. Ciptakan berbagai lingkungan yang bermanfaat untuk perkembangan kognitifnya. Sekali lagi, ini tak menuntut usaha yang keras dan harga mahal, kok. Aneka warna cerah pada bedding di boksnya, misal, sudah merupakan stimulasi yang baik untuk penglihatan bayi. Bisa juga dengan memanfaatkan mainan gantung berputar yang banyak dijual di pasaran.
7. Jangan alihkan perhatiannya.
Ketika beraktivitas dengan bayi, termasuk sedang bermain, terimalah apa pun yang menarik bagi bayi pada saat itu. Jangan alihkan perhatian bayi kepada yang lain, apalagi menghentikan keasyikannya dengan tiba-tiba. Umpama, ibu atau ayah tiba-tiba mengambil mainan kerincingannya lalu menggantikannya dengan mainan bola, padahal ia masih asyik mengamatinya. Harap diingat, bayi membutuhkan waktu ketika sedang memaknai sesuatu. Jadi, beri ia kesempatan untuk memahami sesuatu. Bila ingin mengenalkan pada mainan lain, tunda sampai ia benar-benar sudah menyelesaikan pemahamannya (biasanya bila ia sudah selesai, mainan itu akan dilemparnya). Ini dimaksudkan agar otak sang buah hati mempunyai jeda untuk mencerna dan memahami sesuatu.
8. Beri penghargaan.
Bentuk penghargaan bisa dalam kata-kata positif. Saat si kecil berhasil menggapai mainan yang ada di dekatnya, misal, tersenyumlah padanya, “Wah, Adek pintar sudah bisa memegang mainan, ya.” Penghargaan seperti ini akan menambah keyakinan bahwa dirinya mampu.
9. Berbicaralah kepada bayi, walau ia belum mengerti.
Bayi membutuhkan interaksi dengan orang lain di sekitarnya. Interaksi itu antara lain diperoleh bila ayah/ibu rajin bercakap-cakap dengannya. Meski bayi kelihatannya belum mengerti apa yang dipercakapkan, interaksi ini akan menstimulasi perkembangan kognitifnya. Jadi, mulai sekarang jangan hanya membelai atau menggendong saja, ya, tapi “mengobrollah” dengan sang buah hati.
10. Bacakan buku cerita atau mendongeng.
Membacakan cerita/mendongeng dalam suasana hangat dan penuh kasih sayang mampu memberikan kesan kuat pada memori bayi, baik isi ceritanya maupun warna-warni dan tampilan gambar pada buku. Bacalah cerita dengan intonasi yang keras dan perlahan. Aktivitas ini akan mengembangkan keterampilan berbahasanya kelak.
Stimulasi pas, bayi pun cerdas! Itulah cara agar bayi cerdas.
Source : National Geographic Indonesia
Link Ganbar : news.metrotvnews.com