Apa yang diinginkan milenial dalam bekerja
Generasi milenial–atau yang bisa juga disebut sebagai generasi Y–terdiri dari orang-orang yang dilahirkan antara tahun 1980 hingga 1995. Generasi ini hidup di era baru dengan karakter dan pola pikir yang berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Alhasil, mereka pun punya ekspektasi yang berbeda terhadap dunia kerja, serta menolak cara-cara kerja yang konvensional.
Kehadiran generasi milenial di dunia kerja merupakan tantangan berat bagi perusahaan dan para pemimpinnya. Akan tetapi, mau tak mau, para pemimpin ini harus menekan ego mereka untuk menyesuaikan kebutuhan pekerja milenial. Nah, jika Anda pikir satu-satunya cara mencuri hati para milenial adalah dengan menyediakan kantor yang menyenangkan dan iming-iming gaji tinggi, maka Anda salah.
Seorang konsultan, pembicara, serta penulis buku asal Amerika Serikat, Mark C. Crowley mengangkat topik ini ke dalam tulisannya yang berjudul Millennials Don’t Want Fun; They Want You To Lead Better. Crowley ingin membantu Anda memahami apa sesungguhnya yang diinginkan generasi milenial agar cita-cita dan tujuan perusahaan dapat tercapai.
Dengan mengacu pada studi terbaru dari Gallup, Jobplanet membuat rangkuman mengenai hal-hal yang diinginkan oleh milenial dari tempat kerjanya. Berikut di antaranya:
1. Milenial ingin melakukan sesuatu yang berarti
Anda harus berhenti berpikir bahwa milenial hanya ingin bersenang-senang. Faktanya, milenial tidak sembarangan dalam bekerja. Mereka ingin memastikan bahwa apa yang mereka capai mampu memberi pengaruh yang signifikan bagi perusahaan, klien, maupun orang-orang di sekitarnya. Sementara fasilitas hiburan di kantor oleh mereka hanya dipandang sebagai bonus, bukan prioritas.
2. Milenial tidak butuh bos, mereka butuh mentor
Rasanya sudah bukan masanya lagi di mana para manager perusahaan bersikap sebagai bos yang hanya memberi perintah dan minta disegani. Sebab, yang diharapkan pekerja milenial dari manager atau atasannya adalah sosok seorang mentor. Berbeda dengan bos, mentor tak hanya memandang karyawan berdasarkan posisinya, tapi ia juga mampu menggali potensi sang karyawan serta memberi umpan balik yang membangun.
3. Milenial menginginkan umpan balik
Meski kebanyakan perusahaan telah mengadakan employee assessment setiap tahun, namun itu saja tak cukup. Para karyawan tak mungkin menunggu setahun sekali untuk tahu apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dari performa mereka. Karenanya, perusahaan perlu menambah frekuensi penilaian agar karyawannya bisa melakukan perbaikan secara terus-menerus, serta menunjukkan kinerja yang maksimal.
4. Milenial ingin memaksimalkan kemampuannya
Setiap pekerja milenial punya berbagai kelebihan yang patut dihargai, sehingga sangat disayangkan apabila mereka menangani pekerjaan yang jauh di bawah kemampuannya. Sebaliknya, mereka berhak diberi kesempatan untuk menyalurkan serta memaksimalkan potensinya. Tak hanya itu, para pekerja milenial juga ingin tahu apakah perusahaan bisa mendukung mereka untuk menapaki karier yang lebih baik pada masa yang akan datang.
Demi menjadi pemimpin yang ideal, Anda wajib pasang telinga agar selalu bisa mendengar suara dan masukan para karyawan. Dengan mengunjungi Jobplanet, Anda bahkan bisa mengetahui apa sesungguhnya yang mereka harapkan dari manajemen perusahaannya. Percayalah, tanpa sinergi yang kuat antara atasan dan bawahan, sebuah perusahaan akan kehilangan arah.
Source : beritagar.id