Technology and Tips

Bagaimana Hidup tanpa Uang Pensiun atau Pesangon?

Pertanyaan itu muncul saat ada kumpul keluarga tempo hari. Sodara saya yang bekerja sebagai guru honorer di sebuah sekolah swasta, melontarkan pertanyaan itu pada sodara yang lain. Intinya dia resah dengan kondisinya saat ini. Sang suami, yang bekerja sebagai guru di sebuah lembaga bimbingan belajar juga dirasa tidak akan mendapatkan jaminan pesangon yang mencukupi.

“Elu enak, suami PNS, ada uang pensiunan tiap bulan nanti” Begitu pernyataan selanjutnya yang dia lontarkan pada sodara yang lain. Bagi dia, masa tuanya sudah terlihat suram tanpa uang pensiun atau pesangon yang besar, walaupun umur dia masih tiga puluh limaan, masih puluhan tahun menuju masa pensiun.

Apakah benar masa tua akan suram tanpa uang pensiun atau pesangon? Apa yang harus kita lakukan untuk menghadapinya?

Pertanyaan itu menjadi refleksi diri saya, karena saya kebetulan bekerja di sebuah lembaga negara dengan status saya sampai saat ini belum PNS. Apalagi lembaga negara tidak akan memberikan pesangon bagi pekerjanya yang non PNS. Istri sayapun seorang ibu rumah tangga. Kondisi itu artinya tidak jauh berbeda dengan kondisi sodara saya itu. Saya cukup yakin di luar sana banyak yang punya kondisi sama.

Namun walaupun begitu, saya tidak setuju dengan pernyataan sodara saya. Menurut saya, kita juga bisa hidup berkecukupan di usia tua walau tidak dapat uang pensiun atau pesangon yang besar. Contohnya begini. Kebetulan saya punya Bapak yang bukan PNS, ibu saya IRT. Bapak tidak mendapat uang pensiun atau pesangon saat beliau memasuki masa pensiun. Namun alhamdulillah hidup mereka cukup, bahkan sampai saat ini, walaupun berumur lebih dari 70 tahun, Bapak masih aktif bekerja.

Dalam kesempatan ini, saya ingin berbagi pendapat atau ide tentang bagaimana cara kita mempersiapkan diri untuk masa tua kita nanti, ketika kita tidak dapat uang pensiun atau pesangon. Berikut ide saya yang terinspirasi dari orang-orang di sekeliling saya dan juga di keluarga.

Pertama, Memperluas jaringan. Itu yang saya perhatikan dari bapak saya. Beliau seorang pekerja kontrak. Jadi ketika beliau selesai di satu proyek beliau langsung mencari proyek lain dengan cara menghubungi teman-teman atau jaringannya, bertanya apakah ada pekerjaan untuknya. Beliau juga memperluas jaringan dengan ikut paguyuban profesinya, bukan cuma satu tetapi beberapa. Jadi ketika masuk masa pensiun, Bapak tidak berhenti bekerja, tetapi terus mencari dan mendapatkan pekerjaan, alhamdulillah sampai sekarang.

Kedua, mencari penghasilan tambahan. Itu yang saya dan istri lakukan. Kebetulan istri saya hobi memasak dan membuat kue. Dia membuat kue untuk dijual di kantin sekolah tempat saya bekerja. Dia yang membuat di rumah, saya yang bawa ke sekolah. Walaupun mungkin tidak seberapa tetapi dapat menambah dana tatkala akhir bulan tiba. Contoh lain, sodara saya ada yang bekerja sambilan menjadi ojek online. Sepulang kerja jam 4 sore setiap harinya dia mulai bekerja sambilan sampai malam jam 9 atau 10an. Alhamdulillah hasilnya juga lumayan. Saya punya beberapa rekan di tempat kerja yang juga buka warung atau toko kecil di rumahnya. Saya pikir penghasilan tambahan ini bisa menambah modal kita tatkala masuk masa pensiun nanti.

Ketiga, menambah atau mengasah keterampilan yang kita punya. Misalnya saya dan Bapak saya sampai saat ini selalu mengasah kemampuan musik kami. Bapak saya kebetulan pintar mengolah vokal sehingga kadang beliau dapat job untuk melatih vokal paduan suara di universitas atau sekolah. Saya sendiri mendapatkan pekerjaan tambahan dengan menjadi pelatih ekstrakurikuler musik di sekolah. Keterampilan lain yang bisa diasah misalnya untuk ibu-ibu, belajar memasak atau menjahit baju agar nanti dapat membuat kue untuk dijual atau membuka usaha jasa menjahit. Kesempatan yang kita punya saat ini dapat digunakan untuk belajar atau mengasah keterampilan yang kita punya. Dengan harapan, keterampilan itu bisa bertahan sampai kita tua nanti.

Keempat, ikut asuransi hari tua atau investasi. Dengan adanya penghasilan tambahan dari kerja sampingan, diharapkan kita bisa menabung. Saya pribadi lebih suka menabung di asuransi hari tua. Itu karena dana asuransi tidak mudah ditarik. Alasan lain adalah karena saya termasuk orang yang sulit menabung apakah itu di bank atau di celengan rumah, tabungan saya di bank gampang habis. Jadi ikut asuransi hari tua merupakan pilihan tepat untuk saya. Saat ini, ikut asuransi masa tua yang diselenggarakan oleh negara bagi para pekerja di setiap perusahaan merupakan hal wajib. Oleh karena itu fasilitas ini harus dimanfaatkan baik-baik.

Di zaman ini banyak jenis investasi yang bisa kita ikuti tetapi harus hati-hati. Pikir dan pilih baik-baik, hawatir malah kita tertipu atau rugi. Usul saya, kita lakukan investasi kecil-kecilan. Contoh investasi emas, kalau ada uang lebih, kita beli emas. Biasanya ibu-ibu yang melakukan ini dengan membeli perhiasan emas, seperti cincin, gelang atau kalung emas. Perhiasan emas dan surat-suratnya kita simpan baik-baik. Itu bisa kita gunakan kala kita butuh uang, kita jual, atau kita simpan. Emas akan bertahan lama, dan nilainya bisa bertambah.

Kelima, sekolah lagi. Saya percaya, sekolah atau kuliah lagi ke jenjang yang lebih tinggi akan memperluas kesempatan kita untuk tetap eksis dalam hidup ini sampai tua nanti. Baiknya dilakukan saat muda atau saat anak-anak kita masih kecil, saat pengeluaran masih belum banyak. Bidang studi yang akan kita tempuh kita sesuaikan dengan latar belakang pendidikan atau pekerjaan kita.

Keenam, hidup sehat. Selain akan menambah kebugaran kita di saat tua nanti, hidup sehat termasuk salah satu cara untuk menghemat pengeluaran, khususnya pengeluaran medis. Ketika kita bertambah tua, potensi menderita penyakit semakin banyak, seperti penyakit karena gaya hidup. Hal itu akan menjadi lebih sulit tatkala keuangan kita terbatas. Oleh karena itu dengan hidup sehat dari sekarang, kita kurangi potensi pengeluaran untuk kesehatan kita.

Usia tua memang akan selalu terbayang di pikiran kita, apalagi ketika kita merasa tidak akan punya uang pensiun yang bisa kita terima tiap bulannya atau ketika kita tidak akan punya uang pesangon dari perusahaan tempat kita bekerja. Namun, selagi kita masih muda atau belum memasuki masa tua, baiknya kita gunakan masa itu untuk menggeliat atau menggairahkan diri kita untuk berfikir, berkreasi, dan bekerja.

Bagi sebagian orang mungkin tidak mudah untuk memulainya. Contoh adanya rasa gengsi untuk mencari kerja tambahan. Masa sudah kerja kantoran dan berdasi harus membuka warung di rumah, bekerja sebagai ojek online, atau jualan kue di tempat kerja? Apa kata orang?

Namun, yang patut diingat adalah yang bisa mengubah diri kita ya cuma kita, artinya yang menentukan nasib kita di masa tua kita ya cuma kita. Mau tidak mau rasa gengsi itu harus kita kurangi agar kita bisa mengubah nasib kita.

Terus ada juga yang berpendapat masa pensiun adalah masa istirahat menikmati hidup. Menurut saya kalau kita masih bisa bekerja kenapa tidak? Bekerja membuat kita bergerak dan berfikir. Itu baik untuk melatih otot dan otak kita.

Ada juga yang bilang nanti kan ada anak yang akan membantu kita. Berfikir seperti itu sah-sah saja, namun siapa yang menjamin? Menurut saya, kalau kita bisa menghidupi diri kita sendiri saat tua tentu akan lebih menyenangkan karena kita tidak akan merepotkan orang lain.

Jadi, seyogyanya kita harus tetap semangat dan optimis dalam menghadapi hari tua walau tanpa pensiun bulanan atau pesangon yang besar dari perusahaan.

Akhirul kalam, semoga hidup kita berkecukupan sampai kita tua nanti.

Sekian dan Selamat tahun baru 2017!

Source : Kompas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button
.