Balikpapan Masa Lalu
GODISCOVER.CO.ID – Balikpapan sejak dulu sudah “Bersinar”. Lampu-lampu kilang yang tampak saat ini sudah terlihat kerlip keindahannya sejak dulu bak hamparan bintang. Kota Balikpapan memang sudah memiliki pondasi sebagai kota jasa dan industri. Masyarakat Balikpapan juga secara alami memiliki kesadaran intelektual yang cukup tinggi. Masyarakat Balikpapan sejak lama juga sudah memiliki kepekaan terhadap masalah sosial yang terjadi.
SENTUHAN BPM BAGI TATA KOTA
Awal perkembangan tata kota Balikpapan ikut ditentukan oleh hadirnya BPM (Bataafsch Petroleum Maatschappij, perusahaan minyak milik Kerajaan Belanda yang beroperasi di Hindia Belanda, termasuk di Balikpapan). Meski tak banyak yang tersimpan dari Balikpapan di masa lalu karena serbuan bom, perumahan Pertamina dengan bentuk bangunan yang sepertinya “ketinggalan zaman” bagi struktur bangunan modern, adalah yang terbaik di zamannya. Bangunan rumah-rumah bergaya Indi-perpaduan Eropa yang beradaptasi dengan iklim tropis nusantara.
Sebagian besar Komplek Pertamina adalah daerah pertama di Balikpapan yang mendapat sentuhan dan pengaruh barat. Daerah ini adalah pemukiman pegawai BPM bangsa Eropa. Jejaknya hingga kini terlihat di mana daerah di kawasan itu relatif masih tampak lebih baik penataannya dibanding sudut lain di Kota Balikpapan.
Komplek Kilang Minyak disesuaikan dengan letak Sumur Mathilda. Kilang Minyak berada di utara Sumur Mathilda. Dibangun memanjang ke utara, di sepanjang Pelabuhan Semayang sampai Pandan Sari, tepat disebelah timur Teluk Balikpapan.
Disebelah timur Kilang Minyak terdapat sebuah jalan yang disebut Jl Yos Sudarso dan kita kenal dengan Jl Minyak. Disebelah timur Jalan Minyak itu, terdapat perkantoran dan pemukiman penduduk yang dulunya ditempati para pegawai BPM.
Rumah Pejabat BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) di kawasan Dubbs 1950. Tak jauh ke arah timur rumah sakit BPM itu, berkembang menjadi daerah perniagaan Klandasan yang menjadi tempat perbelanjaan keluarga pegawai BPM.
Sebagai daerah perbelanjaan terdapat sebuah pasar. Disekitar pasar terdapat komunitas China yang terlokalisasi dalam sebuah perkampungan semacam Pecinan. Komunitas Cina yang identik dengan kaum pedagang menjadi salah satu pelaku perekonomian Balikpapan, khususnya di kawasan Klandasan.
Pemukiman penduduk lain adalah di utara Kilang Minyak. Di daerah itu terdapat beberapa perkampungan, Pandan Sari, Kebun Sayur, dan Kampung Baru. Nama Kampung Baru umumnya ditinggali orang-orang Bugis dan Makassar dari Sulawesi.
Perkampungan ini semakin lama semakin ramai dan kemudian memiliki daerah perniagaannya sendiri. Pada dekade 1930-an, pusat perniagaan di sana adalah Kebun Sayur. Penggerak perekonomian di situ adalah orang-orang pribumi. Pusat perbelanjaan disini memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga pegawai BPM yang tinggal disekitar Karang Anyar.
JALAN SUDIRMAN, PUSAT PEMERINTAHAN
Balikpapan, pada masa kolonialisasi Hindia Belanda, merupakan wilayah dari onderafdeling Samarinda. Kalimantan Timur dulunya adalah bagian dari Oostafdeling van Residentie Zuid en Oost Borneo (Karesidenan Kalimantan Selatan dan Timur) yang berkedudukan di Banjarmasin.
Pada 1938, Kalimantan menjadi sebuah pemerintahan daerah sendiri bernama Gouvernement Borneo dengan Banjarmasin sebagai ibukotanya.
Nama resmi untuk daerah itu adalah Residentie Zuider en Oosterafdeling van Borneo. Kalimantan, berdasar besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Staatblad no 352 tahun 1938), terbagi menjadi dua keresidenan-keresidenan lain adalah Westerafdeling van Borneo yang berkedudukan di Pontianak.
Keresidenan Kalimantan Selatan dan Timur membawahi 5 afdeling antara lain: Banjarmasin; Hulu Sungai; Kapuas Barito; Samarinda dan Bulungan-Berau. Residen Kalimantan di Banjarmasin memiliki beberapa bawahan langsung disebut Asisten Residen. Dibawah asisten residen terdapat seorang controleur ditiap onderafdeling. Di Balikpapan terdapat seorang controleur yang bertugas mengawasi hubungan pemerintah dengan penguasa lokal.
Nah, di Balikpapan, controleur berkedudukan di controleurswaning yang letaknya di Zee-laan (sekarang Jalan Jenderal Sudirman) tidak jauh dari Rumah Sakit BPM atau kini Rumah Sakit Pertamina.
SEKOLAH EROPA
Sejak 1916, di Kaltim, termasuk di Balikpapan, berdiri Europe Leger School. Sekolah dasar khusus untuk anak-anak Eropa. Belanda, menginginkan pendidikan terbaik dan sebisa mungkin menjaga kemurnian ke Eropa-annya.
MERIAM DI GUNUNG SETELENG
BPM masih meninggalkan nama mereka pada sebuah meriam yang terdapat di Gunung Seteleng, Penajam. Arah meriam ini tepat ke arah kota Balikpapan. Kemungkinan meriam ini dipergunakan oleh Belanda dan sekutu untuk menembaki Tentara Jepang yang telah menduduki kota Balikpapan.
MINYAK DAYA TARIK UTAMA
Keberadaan instalasi minyak di Balikpapan memberikan pekerjaan kepada orang-orang pribumi, kendati hanya sebagai buruh saja. Semakin besar instalasi, semakin banyak buruh yang dibutuhkan. Dipastikan banyak orang pribumi yang menjadi buruh atau pegawai di BPM Balikpapan.
Pegawai-pegawai BPM, baik di Balikpapan atau Tarakan, dari mandor sampai pegawai tinggi, kehidupannya terjamin — sampai anak-anak mereka. Para pegawai BPM diberikan berbagai fasilitas hidup terbaik, untuk taraf Kalimantan.
Pegawai BPM umumnya mendapatkan perumahan nyaman, dan sampai sekarang masih tersisa dalam komplek Perumahan Pertamina Balikpapan. Kebutuhan hidup pegawai dan pensiunan dihari tua seorang pegawai BPM juga terpenuhi.
Beberapa tempat yang menjadi komplek pengolahan minyak BPM beserta lahanlahan penduduknya itu, kini, telah menjadi lahan milik Pertamina.
Kondisi sebagian buruh minyak memburuk ketika depresi ekonomi melanda dunia. Banyak perusahaan bangkrut. Beberapa perusahaan minyak besar bertahan, termasuk BPM. Namun, bahkan perusahaan sekelas BPM akhirnya harus mengurangi jumlah pekerja akibat dahsyatnya tekanan depresi ekonomi ketika itu. BPM Balikpapan mengurangi jumlah buruh dan berimbas pada angka pengangguran yang naik drastis di Balikpapan. Setiap minggu, tak kurang dari 20 buruh dikeluarkan untuk langkah efisiensi dan penghematan pasca depresi ekonomi.
Bahkan ketika masa Pendudukan Jepang, Balikpapan menjadi pusat pemerintahan militer Jepang di Kalimantan Timur. Tentu saja Jepang mengambil minyak-minyak dari Balikpapan untuk keperluan perang.
SAUDAGAR BUGIS MERAJAI PASAR
Sejak dulu, pasar-pasar dikuasai saudagar Bugis-Makassar dan sebagian orang-orang Banjar. Masyarakat Bugis berjualan ikan. Warga Banjar menjual pakaian, emas dan makanan. Keadaan ini masih berlangsung hingga puluhan tahun sesudahnya.
KILANG DIBANGUN ULANG
Antara 1945-1946, menjadi masa berbenah bagi Balikpapan. Salah satunya merehabilitasi Kilang Minyak yang masih berstatus milik BPM. Banyak para pekerja dari Jawa dilibatkan. Dari mereka berita proklamasi tersampaikan di Balikpapan. Ditindaklanjuti dengan sebuah rapat raksasa di Lapangan Foni, di Balikpapan Barat, tentang dukungan rakyat Balikpapan atas kemerdekaan Republik Indonesia
PUSKIB JADI PERTAHANAN BELANDA
RSU Balikpapan dulu berada di Lahan Puskib. Disitu terletak kubu pertahanan Belanda, Bronbeek. Lalu di kawasan Kebun Sayur, ada jembatan yang jadi saksi bisu sejarah dan disebut Jembatan Merah — seperti jembatan di Surabaya. Jembatan ini selalu penuh dangan darah baik dari tentara Belanda maupun pejuang Indonesia yang terluka.
ASAL NAMA JL WILUYO PUSPOYUDO
Mayor Wiluyo Puspoyudo adalah komandan militer RI pertama yang sampai di Balikpapan. Namanya diabadikan menjadi nama jalan hingga saat ini. Sementara Markas besar tentara (Makodam) yang dibangun di sekitar Klandasan, tak jauh dari Lapangan Merdeka, masih bertahan hingga sekarang.
ARSIP SEJARAH
SLOGAN BALIKPAPAN
Slogan Balikpapan “Bersih, Indah, Aman dan Nyaman” disingkat Balikpapan Beriman sudah ada sejak zaman Wali Kota Syarifudin Yoes. Setelah itu, program-program tata kota mengarah pada kota nyaman huni seperti pesan yang tertuang dalam slogan.
ASAL NAMA HANDIL
Handil tak jauh dari Balikpapan juga jadi kawasan bekas penambangan minyak. Ada yang menyebut nama daerah itu dari kata Handel, dari nama sebuah perusahaan. Menurut sumber lain, dalam bahasa Banjar Handil berarti kawasan pertanian yang baru ditemukan.
PENERBANGAN KE BALIKPAPAN
Sebelum perang dunia II, sudahada rute penerbangan Jawa-Balikpapan. Sebelum Mei 1937, penerbangan hanya sekali seminggu. Lalu dua kali dalam seminggu dengan maskapai penerbangan Hindia Belanda/KNILM.
JEJAK JEPANG DI BALIKPAPAN
Jepang mendarat di Balikpapan pada 23 Januari 1942. Selang sehari, pada 24 Januari 1942, Jepang menguasai dan mengkonsolidasikan kekuasaannya atas Kota Balikpapan. Pendudukan Balikpapan adalah pintu merebut Pulau Jawa untuk mewujudkan ambisi membangun Asia Timur Raya.
KOMPLEK PERTAMINA
Sebagian dari Komplek Pertamina adalah daerah pertama di Balikpapan yang mendapat pengaruh barat. Daerah ini dulunya adalah pemukiman pegawai BPM bangsa Eropa.
SOMBER JADI EMASOK AIR
Kawasan Somber, sejak sebelum kemerdekaan sudah menjadi salah satu pemasok air bagi Kota Balikpapan. Melalui “pipa tiga” sepanjang 15 km, ada satu jalur air dengan 3 pipa tersambung sampai Komplek Perumahan Pertamina Balikpapan mengitari perbukitan di daerah Somber, Telindung, sampai Kampung Baru.
BANGUNAN GEDUNG PASCA PERANG
Kebanyak gedung-gedung tua di Balikpapan dibangun kembali setelah tahun 1945, saat kondisi dinyatakan aman pasca perang. Meski struktur berubah, gedung-gedung dibangun dengan gaya yang sama. Berdirinya bangunan menjadi tolok ukur kemajuan Balikpapan setelah kemerdekaan.
NAMA BERUBAH, ARTI SAMA
Jalan-jalan di sekitar Lapangan Merdeka tidak banyak berubah sampai dekade 1990an. Meski beberapa kali nama jalan di sekitar itu berubah, namun artinya tetap sama. Seperti Sportlaan, berubah menjadi Jl Olahraga, dan Schoolweg berubah jadi Jl Sekolah.
JALAN KLANDASAN
Lebar jalan raya di sekitar Klandasan sebelum kemerdekaan sekitar 3 meter. Pola jalan ini memanjang seperti Jl Jenderal Sudirman, Yos Sudarso (Jalan Minyak), dan Jl Ahmad Yani.
KILANG MINYAK YANG TERBAKAR
Jauh sebelum dibombardir sekutu, Kilang Minyak Balikpapan juga pernah terbakar. Dilaporkan tak kurang dari 3.500 liter bensin milik BPM hangus. Itu terjadi pada 10 Mei 1919.
KARANG BUGIS
Perkampungan Karang Bugis sudah ada sejak dulu. Beberapa daerah ramai yang sudah berbentuk perkampungan, selain Komplek Pertamina, adalah daerah Klandasan.
ENGLISH TRANSLATION
Balikpapan has been famous for its sparkling sight from the lightings of refinery. Its spark shines like a set of stars. Balikpapan has been known as the city of service and industry. Therefore, the citizen has high intellectual awareness, as well as high social awareness.
BPM’S TOUCH TO CITY PLANING
Balikpapan’s city planning was pioneered in the era of BPM –Bataafsch Petroleum Maatschappij, a Dutch oil company operating in Balikpapan.
We can’t see much of the remains of BPM era but the Indi houses, a combination of European and tropical design house. The other remains were buried after the bombing hit Balikpapan.
The Housing Complex of Pertamina was the first to get this western touch. The complex was a housing complex for BPM employees. We can see that the complex’s planning is much better than other sides of Balikpapan.
This refinery complex is positioned north of Mathilda well. Then, they built it towards north, from Semayang Port to Pandan Sari district. Its position is exactly east of Balikpapan Bay.
In the east side of refinery, there lies JlYosSudarso, or known as “Jalan Minyak”. In the east side of Jalan Minyak, we can find office complex and housing complex. Of course, soon BPM equipped the complex with port and BPM Hospital (known as RS Pertamina). They did it as the population grew. Then, the shopping district for BPM family became what we know as Klandasan. It is located in the east of BPM Hospital.
Inside the shopping district, there was localized chinese community (Pecinan). Back then, Chinese community known for their trading skills was one of the economic thruster for Balikpapan, especially in Klandasan. Another community in northern refinery, there are Pandan Sari, Kebun Sayur, and Kampung Baru. Kampung Baru has been habited by Buginese and Makassar. Then, the economy ran in Balikpapan and made another shopping district, Kebun Sayur.
JALAN SUDIRMAN, GOVERMENT AREA
Balikpapan, in Dutch colonialism of HindiaBelanja, was a part of KaresidenanSamarinda in Banjarmasin. In 1938 Kalimantan was a self-ruling government named Gouvernement Borneo. Its capitol was Banjarmasin.
The official name was “Residentie Zuider en Oosterafdeling van Borneo”. Kalimantan split that borneo should be replacing two other Karesidenan such as Westerafdeling van Borneoin .Karesidenan Kalimantan Selatan and Timur monitor 5 afdeling Such as Banjarmasin; Hulu Sungai; Kapuas Barito; Samarinda dan Bulungan-Berau.
Kalimantan resides had several assistant called Asisten Resident. Every Asisten Residen has controleur in each onderafdeling. In Balikpapan, there were a controleur that monitors the relationship between government and local ruler.
Then, the controleur of Balikpapan resided ingtcontroleurswaning in Zeelaan (now Jalan Sudirman), not far from BPM hospital (now Pertamina Hospital).
OIL THE MAIN ATTRACTION
The establishment of oil refinery in Balikpapan has given people jobs. The bigger the installation in the refinery, the more people needed for the work.
BPM employees, both in Balikpapan and Tarakan, from supervisors to management, has a good life. BPM provided them with the best benefits in Kalimantan.
BPM employees were given housing benefit, health and pension benefits that still runs until recent fays.
Though, the sweet and sour days came by to BPM. There were a time when bad economic recession hit the world and BPM. Some companies were bankrupt, ome held on, including BPM. It was so severe, even BPM were forced to reduce the number of workers.
Such action increased unemployment number in Balikpapan. There were at least 20 workers were laid down as efficiency and saving acts post economic depression.
Oil has always been the honey to attract thousands of people to come to Balikpapan. Not only those who wants to work for BPM who came, but also the merchants. It led to Balikpapan to be Port Company in 20th century. Even in Japanese occupation, Balikpapan was one of the important city in Kalimantan Timur. It is, of course, so that Japan can take oils for war supplies.
As an important city in Indonesia, it needs more soldiers to guard the city. Balikpapan was guarded by KNIL, the Dutch soldier. They frequently checked this out.
In Gedenschriften Koninklijk Nederlandsch Indische Leger 1830-1950 book, they wrote that there was a military ceremony of infantry battalion VI in 1935, either in now-Plaza or BPM square (now Merdeka Square).
After 1940, when Dutch was occupied by German, there were writings said that Balikpapan was an important city to supply oil to run machines as well as military vehicles.
In Japanese occupation, Japanese soldiers considered it necessary to occupy Balikpapan before occupying Java and southern Indonesia.
As occupation of Balikpapan became so important both to Netherland and Japanese, Admiral Helfrich stated a tactic called “The claim of the precious Balikpapan”.
Although Japanese finally occupied Balikpapan, KNIL soldiers were battling to defend Balikpapan. Some of them end up being a prisoner so Japanese army.
The famous KNIL were not able to hold Balikpapan from Japanese’s Special Force, Katai. Katai breached KNIL defense and infiltrated KNIL base though they were showered by bullets.
Katai won due to the intelligence information gathered by Japan from 1916. So, at 23rd January 1942, Japan could hammer KNIL out of Balikpapan.
Disclaimer:
Kumpulan artikel & foto disarikan dari berbagai sumber:
“Kota Milik Balikpapaners” [Petrik Matanasi] Negeri Warisan Mathilda | @Balikpapan_Doeleo Skyscrapercity | Social Media, Internet | Dokumentasi Discover Borneo (DB)
Source : Majalah DISCOVER BALIKPAPAN Edisi ke 45 Agustus 2015