Travel

Berau, Tirta Dua Rasa Bumi Borneo

Lompati Derawan, Kakaban, dan Maratua. Susuri keindahan yang tak terduga di ujung tenggara Berau, Kalimantan Timur.

Inilah Desa Bidukbiduk di Kecamatan Labuan Kelambu. Tempat ini menjadi petualangan saya dalam beberapa hari. Letaknya, di pantai timur Pulau Kalimantan dan berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi. Di sini, pasokan listrik tidak akan menjamin penerangan akan menyala semalam suntuk. Ah, bukan masalah. Saya akan dapat keramahan warga desa dan kehidupan yang hangat, jauh dari ingar-bingar kota.

Butuh waktu enam jam perjalanan darat menuju Desa Bidukbiduk dari Tanjungredeb, ibu kota Berau, Kalimantan Timur. Bagi pejalan, tentunya nama Berau sudah tidak asing lagi dengan pesona baharinya. Pulau-pulau seperti Derawan, Kakaban, Maratua, dan Sangalaki kaya akan biota laut dan lanskapnya. Hal inilah yang memikat para pejalan untuk datang berkunjung. Namun tak banyak yang tahu, selain pulau-pulau tersebut masih ada hal alami dan menarik dari Berau. Inilah nirwana tersembunyi di kaki langit Borneo.

Ternak warga di perkampungan Suku Dayak Dasab.(Yunaidi/NGT)
Ternak warga di perkampungan Suku Dayak Dasab.(Yunaidi/NGT)
Saat laut surut, Pantai Teluk Sumbang nan datar menyisakan hamparan pasir putih serta akar-akar yang dipayungi pohon rindang. (Yunaidi/NGT)
Saat laut surut, Pantai Teluk Sumbang nan datar menyisakan hamparan pasir putih serta akar-akar yang dipayungi pohon rindang. (Yunaidi/NGT)
Membuat keranjang dengan bahan dari sekitar rumah.(Yunaidi/NGT)
Membuat keranjang dengan bahan dari sekitar rumah.(Yunaidi/NGT)
Kacang hijau, salah satu hasil pertanian warga di Desa Teluksumbang. Selain nelayan, mayoritas warga berprofesi sebagai petani.(Yunaidi/NGT)
Kacang hijau, salah satu hasil pertanian warga di Desa Teluksumbang. Selain nelayan, mayoritas warga berprofesi sebagai petani.(Yunaidi/NGT)
Jembatan kayu di Desa Bidukbiduk. Dermaga ini menjadi tempat bersandar kapal nelayan yang akan menangkap ikan di Laut Sulawesi.(Yunaidi/NGT)
Jembatan kayu di Desa Bidukbiduk. Dermaga ini menjadi tempat bersandar kapal nelayan yang akan menangkap ikan di Laut Sulawesi.(Yunaidi/NGT)
Musim angin utara mencemaskan nelayan, namun bervakansi ke perairan ini tak dibatasi musim.(Yunaidi/NGT)
Musim angin utara mencemaskan nelayan, namun bervakansi ke perairan ini tak dibatasi musim.(Yunaidi/NGT)
Sibung Lopa (80), warga Dayak Kenyah Badeng menjaga tradisi memanjangkan telinga. (Yunaidi/NGT)
Sibung Lopa (80), warga Dayak Kenyah Badeng menjaga tradisi memanjangkan telinga. (Yunaidi/NGT)
Fiona Callaghan menyisir tebing Air Terjun Bidadari untuk menuju titik loncat yang menantang. Pantai hanya berjarak 100 meter dari air terjun ini.(Yunaidi/NGT)
Fiona Callaghan menyisir tebing Air Terjun Bidadari untuk menuju titik loncat yang menantang. Pantai hanya berjarak 100 meter dari air terjun ini.(Yunaidi/NGT)
Menjelang senja, sekelompok pemuda menjaring ikan di Teluk Sulaiman, tak jauh dari Pos TNI AL. Di seberangnya, kawasan mangrove Sigending menjadi daya tarik bagi pengunjung.(Yunaidi/NGT)
Menjelang senja, sekelompok pemuda menjaring ikan di Teluk Sulaiman, tak jauh dari Pos TNI AL. Di seberangnya, kawasan mangrove Sigending menjadi daya tarik bagi pengunjung.(Yunaidi/NGT)

Source : National Geographic Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Check Also
Close
Back to top button
.