Lifestyle

Daging Merah Tingkatkan Risiko Gagal Ginjal

Makan daging merah dapat meningkatkan risiko gagal ginjal. Namun menukarnya dengan protein lain dalam menu harian dapat mengurangi risiko itu. Demikian hasil penelitian teranyar Duke-NUS Graduate Medical School Singapura.

Konsumsi daging merah, terutama babi, sangat terkait dengan peningkatan risiko penyakit ginjal stadium akhir, yang berakibat berhentinya fungsi ginjal normal. Hubungan daging merah dan ginjal digambarkan “bergantung pada dosis”, di mana makin tinggi frekuensi dan kuantitasnya, risikonya akan semakin besar.

“Temuan kami menyarankan agar pasien dengan penyakit ginjal kronis atau yang mengkhawatirkan kesehatan ginjalnya untuk mempertimbangkan beralih ke sumber protein berbasis tanaman,” kata Woon-Puay Koh, profesor di Office of Clinical Sciences di Duke-NUS Graduate Medical School di Singapura. Namun, jika mereka masih memilih untuk makan daging, mengkonsumsi ikan, kerang, dan daging unggas merupakan alternatif yang lebih baik.

Studi ini juga menemukan data baru terkait reaksi tubuh terhadap asupan protein, terutama daging merah. “Ini menambah informasi yang berguna dan menjadi salah satu pedoman dalam sains,” kata Allon Friedman, profesor kedokteran di Indiana University School of Medicine di Indianapolis, Amerika Serikat, kemarin. Ia menyatakan, jika masih ingin mengkonsumsi daging merah, lakukan secara bijak dan dalam dosis sedang.

William Mitch, profesor nefrologi di Baylor College of Medicine di Houston, mengatakan banyak penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa diet rendah protein menguntungkan orang-orang yang memiliki problem dengan ginjalnya. “Namun, dalam populasi umum, tidak ada bukti meyakinkan bahwa makan banyak protein menyebabkan kerusakan ginjal,” katanya.

Di Indonesia, jumlah pasien yang saat ini menderita ginjal kronis stadium V sebanyak 96 ribu orang. Adapun di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 20 juta orang, menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat. Antara tahun 2000-2008, jumlah kasus baru di antara orang-orang yang berusia 65 ke atas naik lebih dari dua kali lipat. Data terbaru dari pemerintah federal menyebut jumlah pasien yang memerlukan dialisis ginjal atau cuci darah terus meningkat.

Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Dr Dharmeizer dalam keterangan persnya beberapa waktu lalu mengungkapkan, jumlah penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia terus meningkat. Penyebabnya komplikasi dari hipertensi dan diabetes. “Dua penyebab terbesar di Indonesia, 31 persen kurang-lebih karena hipertensi dan 26 persen diabetes melitus,” ungkap Dharmeizer dalam diskusi “Keamanan Pangan Produk Minuman”, di Jakarta, Jumat, 30 Januari 2015.

Gaya hidup masyarakat yang sering mengkonsumsi makanan siap saji ditengarai menjadi penyebab hipertensi yang berujung penyakit ginjal kronis. Hal itu disebabkan oleh makanan siap saji yang mengandung kadar garam cukup tinggi.

Source : tempo.co
Link Gambar : medikanews.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button
.