Dahor Heritage, Rumah Panggung Jadi Museum

BALIKPAPAN sebenarnya kaya akan sejarah, namun belum ada satu wadah yang memadai untuk mengumpulkan berbagai macam koleksi dan pusat informasi sejarah Kota Balikpapan — setidaknya sampai triwulan pertama tahun 2016.
Memasuki bulan ke enam di tahun ini, pusat informasi sejarah kota yang selama ini diidamkan akhirnya
menemukan titik terang. Pasalnya, salah satu cagar budaya berbentuk rumah panggung di kawasan Dahor kini tengah disulap menjadi museum bernama Dahor Heritage. Rencananya, akan ada 9 rumah panggung yang akan dijadikan museum.
Semua berawal dari kegelisahan beberapa komunitas yang menyayangkan belum adanya museum di kota ini. Komunitas Balikpapan Tempo Doeloe — salah satu dari beberapa komunitas tersebut — berinisiatif menghubungi pihak PT. Pertamina setelah melihat komplek perumahan Pertamina banyak yang kosong agar sebaiknya dimanfaatkan. Usaha mereka tak sia-sia, pihak Pertamina mengizinkan sembilan rumah panggung di kawasan Dahor difungsikan sebagai museum.
Pada Sabtu (11/6) digelar pameran pertama foto-foto bersejarah di Dahor Heritage. Saat itu hingga kini, baru satu rumah yang dijadikan pilot project alihfungsi menjadi museum. Rumah yang dulunya adalah hunian staf Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) milik Belanda ini tidak berubah banyak dari bangunan aslinya.
Dibangun pada tahun 1930-an, rumah ini tampak masih sangat kokoh berkat kualitas material yang dipakai. Pengerjaan pemugaran rumah ini pun tampak tidak terlalu banyak yang diubah, dinding, pagar dan atap dicat hijau terang, lantai dan pilar kayu dipelitur, serta parit di sekeliling rumah digali kembali guna melancarkan pembuangan aliran air.
Rumah panggung ini berupa rumah satu lantai dengan empat kamar di dalamnya. Dinding tebal, langi-langit tinggi, jendela yang besar, arsitektur khas Belanda terlihat mendominasi bangunan tersebut. Rangkaian listriknya pun masih dijaga keasliannya, kabel-kabel tidak ditanam di dinding.
Saat ini, koleksi foto di Dahor Heritage masih terbatas. Ada sekitar 70an foto mulai dari menceritakan cikal-bakal Kota Balikpapan, kondisi kota pasca serangan militer, hingga aktivitas di kilang minyak yang saat itu masih dibawah pengawasan BPM. Sebenarnya ada sekira 850-an foto yang siap dipajang, namun karena keterbatasan tempat, jadi hanya beberapa dulu yang ditampilkan.
Foto-foto tersebut terpasang rapi di partisi-pastisi yang ada di setiap ruangan. Pemasangan partisi pameran dimaksudkan untuk mencegah kerusakan dinding dengan tidak memasang paku atau menembel gambar pada temboknya.
Selain foto, nantinya diproyeksikan akan ada video dan benda-benda sejarah. Di delapan rumah panggung lainnya akan dipajang koleksi benda seni, budaya, barang-barang antik, dokumentasi kegiatan pengolahan minyak dan dokumentasi aktivitas lainnya di Balikpapan di zaman dahulu. Untuk masuk ke dalamnya kita tidak dikenakan
DAHOR HERITAGE
HOUSE ON STILTS MADE INTO A MUSEUM.
Up until the first quarter of 2016, there was no single facility to hold the various collections and historical information for Balikpapan. There’s a light at the end of that tunnel, when a house on stilts in Dahor area was turned into museum called the Dahor Heritage. There will be a total of nine houses to complete the set.
Balikpapan Tempo Doeloe Community initiated the process by contacting PERTAMINA
Ltd in regards to utilizing the empty old houses. PERTAMINA granted the use of nine
houses.
There was a display of historical photographs on Saturday 11th June. It has become a
pilot project that turned into a museum. The original structures of these Dutch
Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) houses are well-maintained.
Built in the 1930s, these solid structures hold to the test of time. There was not much of
renovation needed due to its high quality building materials. Some paint jobs for the
walls, fences and roof. Wooden floors and columns were varnished. The gutters are
cleaned to clear the way of waste water.
This house on stilts has four bedrooms on the same floor. A typical Dutch architecture of
thick walls, high ceilings and large windows. Electrical circuits are kept as the original,
without being embedded on the walls.
The photography collection at Dahor Heritage is still quite small, around seventy. They
tell the story of Balikpapan origins, the city after the war, BPM Oil Refinery. There are still
around 850 photos waiting to go on display. These pictures are mounted on the wall partitions. The partitions are used instead of nails to prevent damages to the walls.
There will be videos and artifacts in the future. The other houses on stilts are going to
display works of arts, cultures, antiques, oil processing and other photographs.
The museums are free of charge and are easily accessible since they are located off of
the busy Letjend Suprato Road.
Source : Majalah DISCOVER BALIKPAPAN Edisi 57, September 2016