Travel

Galakkan Melancong Bersih!

Prinsip berwisata yang sehat dan bersih perlu dibudayakan.

Tempat wisata yang tetap bersih, selain menjaga kelestarian, juga menjadikannya tetap nyaman untuk dipandang.

Masih ada dalam ingatan kita kasus berserakannya bungkus nasi dan sampah pada Jambore Avtech di Semeru beberapa bulan yang lalu. Padahal Semeru adalah Taman Nasional yang musti dijaga kelestariannya.

Masih terkait kebersihan tempat wisata, awal tahun 2013 ini, Pantai Kuta yang kesohor itu juga diterjang banjir sampah. Kabarnya, 30-50 ton sampah yang dikumpulkan petugas kebersihan di pantai ikon ini. Ironis.

Mengantisipasi permasalahan itu, beberapa komunitas jalan-jalan tengah menggalakkan kampanye jalan-jalan bersih. Salah satunya adalah Backpacker Indonesia (BI) yang diinisiasi oleh Ilma Ditya. Salah satu visi yang digagas oleh BI adalah bagaimana menyebarkan prinsip jalan-jalan yang sehat dan bersih.

“Masih banyak yang mentang-mentang sudah membayar buat masuk ke tempat wisata, lantas yang dipikirkan hanya bersenang-senang. Tidak sadar bahwa bungkus makanannya tercecer, plastik es krim anaknya terserak, bahkan ada yang sadar, tapi mengabaikannya begitu saja,” ujar Ilma.

Begitu juga saat melakukan bersama komunitas yang terkadang kurang mengabaikan aturan-aturan. Bagi Ilma, mengurus banyak orang serta mengarahkannya dalam satu visi yang sama terkadang sulit.

“Tapi dengan kiat yang jitu, serta sering berbagi antar satu pelancong dengan pelancong yang lain terkait pentingnya kebersihan,” lanjut Ilma. “Sedikit demi sedikit kampanye itu akan membuahkan hasil.”

Berwisata yang bersih dan sehat banyak macamnya. Contoh paling sederhana adalah tidak melakukan kegiatan-kegiatan vandalisme, seperti mencoret-coret tugu peringatan, menjaga kelestarian lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, dan lain-lain.

Tak hanya menggagas wisata sehat dan bersih, Backpacker Indonesia juga mempunyai angan-angan untuk memaksimalkan peranan penduduk lokal sebagai empu tempat wisata, bukan orang asing. Hal yang paling mendasari kegelisahan Ilma adalah masih banyaknya tangan-tangan asing yang berada di balik keelokan tempat wisata Indonesia.

“Harapannya, seluruh pemasukan dari tempat wisata bisa masuk ke orang lokal yang digunakan untuk meningkatkan taraf hidup orang lokal,” pungkas Ilma Ditya.

Source : National Geographic Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Check Also
Close
Back to top button
.