FeaturedWisata Rekreasi

Hutan Lindung Sungai Wain, Pesona Belantara yang Mendunia

HUTAN Lindung Sungai Wain (HLSW) merupakan hutan dataran rendah di Balikpapan, Kalimantan Timur dan salah satu objek ekowisata unggulan. Selain dapat menikmati alaminya hutan perawan ini, kita dapat mempelajari keanekaragaman hayati di dalamnya.

HLSW berjarak 15 kilometer menuju utara dari titik 0 kilometer Kota Balikpapan, tepatnya berada di Kelurahan Karang Joang. Untuk mencapai hutan seluas 10.025 hektare ini, kita hanya memerlukan waktu sekira 30 menit dari Bandara Internasional SAMS Sepinggan

Sebelum mengeksplorasi hutan ini, kita wajib melapor di Pos Ulin, sebuah pos penjagaan utama HLSW. Hal itu selain untuk memastikan keselamatan, juga melindungi kawasan hutan dari para perambah.

Pos Ulin tak hanya berfungsi sebagai pos penjagaan utama HLSW. Tempat ini juga menjadi pusat kegiatan sentra kerajinan Sungai Wain. Puluhan pengrajin yang juga warga sekitar Sungai Wain ini tergabung dalam Kelompok Pengrajin hasil binaan program CSR Pertamina, dengan Discover Borneo (DB) sebagai Pelaksana Program.

Di Pos Ulin, kita dapat melihat berbagai souvenir yang telah dihasilkan pengrajin. Souvenir khas Kota Balikpapan yang ada di sini mulai gantungan kunci, wood printing, ukiran plakat kayu, miniatur tameng Suku Dayak, dan masih banyak lagi. Semuanya disusun dalam sebuah etalase kaca di salah satu sudut Pos Ulin, sisanya digantung di dinding belakang etalase. Kita juga bisa melihat proses pembuatan souvenir itu di pos ini.

Untuk menuju bagian primer hutan, kita harus menyiapkan bekal yang cukup, tak hanya makanan, ketahanan fisik menjadi syarat utama. Setidaknya ada beberapa jalur perjalanan yang bisa dipilih menyesuaikan kemampuan menempuh waktu dan panjang jalur jelajah. Biasanya, pengunjung yang ingin melakukan perjalanan setengah hari bisa memilih rute lebih pendek yang biasa disebut Jalur Pendidikan. Namun jika ingin menginap, maka jalur induk menjadi pilihan utama.

Saat yang paling tepat menjelajahi HLSW dimulai pagi hari, selepas subuh. Meski tidak ada larangan pergi jam berapa saja, namun dengan perjalanan pagi kita dapat menyaksikan hewan-hewan yang tinggal, seperti orangutan, owa, lutung dahi putih dan beruang madu.

Menyusuri hutan ini dimulai dengan menapaki pinggir Waduk Sungai Wain. Air waduk di sungai ini merupakan salah satu pemasok utama kebutuhan air minum warga Balikpapan. Panjang sungai yang mengalir di dalam hutan lindung ini mencapai 18.300 meter dengan warna cukup jernih.

Memasuki gerbang masuk jalur penjelajahan, kita akan mengetahui sebagian wilayah HLSW merupakan rawa-rawa terbuka, sehingga harus melalui jembatan kayu ulin sepanjang 400 meter, kemudian menyusuri hutan yang sedikit berbukit.

Kondisi di dalam hutan cukup terasa lembab, karena cahaya matahari terhalang oleh rimbunnya pohon-pohon yang tinggi. Di sisi lain, suara burung, gareng, dan jangkrik seperti bersautan menemani perjalanan. Flora di dalam hutan ini didominasi kayu-kayuan seperti bangkirai, kruing, ulin, dan meranti. Ada juga gaharu, pasak bumi, dan pohon bawang. Sementara buah-buahannya seperti jambu-jambuan, durian dan cempedak.

Sebaiknya mengeksplorasi hutan ini menggunakan sepatu boat. Jika tidak, maka banyak pacet atau lintah yang menempel di kaki dan menyedot darah. Selain itu, jalur hutan sering terhalang ranting pohon berduri yang mengharuskan kita berkonsentrasi dan hati-hati.

Setelah berjalan satu jam, kita akan tiba di Kamp 1. Kamp ini biasanya ditinggali para peneliti, untuk sekadar mengambil data atau melakukan observasi. Orangutan dan babi hutan kerap mampir di kamp 1. Di lokasi ini, jangan berharap mendapat sinyal handphone.

Salah satu hewan yang membuat penasaran ingin dilihat di tempat ini adalah beruang madu — satwa yang menjadi simbol Kota Balikpapan. Di habitat aslinya beruang madu memang sangat sulit ditemui karena kemampuannya mengetahui keberadaan manusia dari jarak jauh. Sehingga begitu mengetahui ada manusia, beruang madu segera menghindar.

Perjalanan ke Kamp 2 memakan waktu cukup lama. Tempat istirahat ini hanya berjarak 3,5 kilometer dari Kamp Jamaludin, destinasi utama. Semakin masuk ke bagian primer hutan, sangat sedikit cahaya matahari yang bisa masuk karena terhalang lebatnya pepohonan. Usai mendaki dua bukit, Kamp Jamaludin bisa kita temukan.

Kamp ini merupakan Stasiun Penelitian Satwa di area HLSW. Letaknya berdampingan dengan salah satu aliran Sungai Bugis. Jarak kamp dengan Pos Ulin, tempat pertama masuk HLSW, diperkirakan 8 kilometer. Di sinilah tempat menginap yang disarankan.

Tidak usah khawatir ketika malam tiba, sebab ada genset yang sengaja disediakan di kamp. Suasana malam di tengah hutan sangat menakjubkan. Di beberapa sudut hutan, terlihat jamur-jamur kecil yang menyinarkan cahaya kuning. Ada juga beberapa bajing yang tak malu dengan manusia, ia mau mengambil makanan yang dilemparkan seperti roti.

Jika ingin bermalam sebaiknya menyiapkan perbekalan cukup, terutama jaket atau pakaian hangat untuk tidur. Suhu di malam hari sangat dingin, hingga membuat tubuh menggigil. Perjalanan panjang yang melelahkan terbayar ketika pagi hari, suara-suara binatang hutan ramai bersahutan. Udara yang segar dengan suara air mengalir dari sungai di samping kamp membuat hidup demikian tenang.

Sensasi ini acapkali mampu menarik perhatian wisatawan asing. Kebanyakan dari mereka yang berkunjung ke HLSW mendapat informasi akan pesona hutan ini dari rekomendasi teman atau relasi mereka di negaranya. Tujuan utama mereka pun kadang tak hanya sekedar menikmati apa yang ditawarkan HLSW, tapi juga meneliti kekayaan flora dan fauna hutan ini.

Penanggung Jawab Pengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain sekaligus yang juga tokoh masyarakat Desa Sungai Wain, Agusdin mengungkapkan, turis asing itu kebanyakan dari Singapura, China, Jepang dan Malaysia. Pengelola juga menyiapkan sebuah villa di samping Pos Ulin untuk turis yang ingin bermalam lebih lama di HLSW setelah bermalam di Kamp Jamaluddin. Ini agar mereka tidak perlu repot mencari penginapan terdekat, agar bisa kembali ke sini esok harinya. Selain itu, pengelola HLSW juga kerap mengajak wisatawan untuk makan bersama di Pos Ulin. [*]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button
.