Inflasi Balikpapan Lebih Rendah dari Kaltim dan Nasional

Info Ekonomi Kota Balikpapan
Oleh: Harry F. Darmawan/GoDiscover
BULAN pertama tahun 2018 ini Kota Balikpapan mencatat nilai inflasi yang lebih rendah dari Kaltim dan Nasional. Nilai inflasi yang dibukukan Kota Balikpapan pada periode ini sebesar 0,19% (mtm), sedangkan Kaltim 0,32% (mtm) dan Nasional 0,62% (mtm). Catatan positif tersebut disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi pada kelompok Administered Price akibat kembali normalnya tarif angkutan udara pasca Natal dan Tahun Baru.
Sementara itu, kelompok Volatile Foods memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,24% (mtm). Sumbangan terbesar berasal dari komoditas beras (0,07%), tomat sayur (0,06%), cabe rawit (0,04%) dan bawang merah (0,03%). Selanjutnya, kelompok inti juga memberi andil inflasi sebesar 0,17% (mtm) yang didorong oleh kenaikan harga perawatan otomotif (0,03%) dan seragam anak sekolah (0,02%). Secara tahunan, inflasi IHK Kota Balikpapan mencatatkan angka sebesar 1,55% (yoy) atau lebih rendah dari Nasional sebesar 3,25% (yoy), namun sedikit lebih tinggi dibandingkan Kaltim sebesar 1,51% (yoy).
Usaha Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan dalam menjaga stabilitas harga dinilai berhasil. Mengawali tahun 2018, mereka melakukan berbagai kegiatan sebagai respon atas kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan, terutama beras.
Melalui press release yang diterima godiscover.co.id pada Kamis (1/2), Kepala Perwakilan Bank Indonesia KPw Balikpapan Suharman Tabrani menuturkan, kegiatan tersebut yakni rapat koordinasi operasi pasar dan operasi pasar di beberapa titik di Balikpapan melalui Bulog Divre Kaltim dan Dinas Perdagangan Kota Balikpapan.
“Selain itu ada juga sidak pasar yang diikuti oleh KPPU Balikpapan, Bank Indonesia, Dinas Perdagangan, Pokes Balikpapan dan Organisasi Perangkat Daerah lainnya,” terangnya.
Meski mencatat hasil positif pada bulan pertama tahun ini, pihaknya memperkirakan masih ada beberapa faktor yang memberi tekanan inflasi ke depannya.
“Pertama adalah cuaca buruk. Risiko cuaca dapat berdampak pada fluktuasi harga barang dari luar daerah dan pasokan ikan yang berkurang karena aktivitas melaut turun,” jelasnya. “Kedua kenaikan harga kebutuhan sekolah dan terakhir kenaikan harga bahan bakar rumah tangga dan bahan bakar minyak non-penugasan,” sambungnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Suharman melanjutkan, diperlukan koordinasi dan sinergitas antara Pemerintah Daerah, Bank Indonesia dan satgas terkait, termasuk satgas pangan.
“Ini guna mengambil langkah antisipatif menghadapi potensi kenaikan harga beberapa komoditas utama Kota Balikpapan,” pungkasnya. [*]