Ingin Hidup Lebih Sehat? Berhentilah Berbohong
Saat berbohong Anda stres. Jika stres, kesehatan Anda terganggu. Jadi jika ingin hidup tenang dan sehat, setop–atau setidaknya kurangi lah–berbohong.
Mudah dikatakan, sukar praktiknya. Namun, itu lah kesimpulan yang didapat berdasarkan riset Anita E. Kelly dan Lijuan Wang dari University of Notre Dame.
Kelly dan tim riset merekrut 72 orang dewasa, rata-rata berusia 41 tahun. Mereka kemudian dibagi ke dalam dua kelompok secara acak: kelompok jujur dan kelompok kontrol.
Kelompok kedua tak diberi instruksi yang spesifik. Mereka hanya tahu bahwa mereka sedang jadi partisipan riset selama lima pekan. Topik dan lain sebagainya tak diketahui.
Lain halnya dengan kelompok pertama, mereka diberi mandat. Setiap hari selama lima pekan, mereka harus bicara jujur, apa adanya. Tidak hanya soal hal besar, tapi juga hal-hal kecil. Misal seperti mengapa datang terlambat. Apapun yang mereka ucapkan akan dianggap serius.
Dalam lima pekan, kedua kelompok bergiliran datang ke laboratorium untuk menjalani tes polygraph secara berkala. Selain itu kondisi kesehatan fisik mereka juga dipantau.
Pada pekan kelima hasilnya terbukti luar biasa.
Kelompok jujur mengaku gejala gangguan kondisi fisik–seperti demam, radang tenggorokan, sakit kepala, dan mual–jauh lebih berkurang daripada anggota kelompok kontrol. Kelompok ini juga melaporkan penurunan keluhan kesehatan jiwa, seperti perasaan tegang dan semacamnya.
Kelly dan tim menemukan bahwa tidak adanya rasa bersalah yang sering mencirikan kebohongan, dan perasaan yang muncul saat berkata jujur membuat kondisi kesehatan kelompok pertama jadi lebih baik. Kondisi itu juga meningkatkan interaksi sosial dan hubungan pribadi mereka.
Mengapa bisa demikian? Kelly memperkirakan rata-rata orang berbohong sampai 11 kali dalam satu hari. Boleh jadi semua kebohongan itu menyebabkan stres psikosomatik yang berkelanjutan hingga merusak sistem kekebalan tubuh.
Bisa dikatakan, temuan riset ini memperkuat bukti betapa stres yang terus-terusan menerpa seseorang dapat mengganggu kesehatan tubuh juga jiwanya.
Mengenai waktu lima pekan untuk dapat melihat manfaat dari berkata jujur, menurut Kelly wajar saja. Tak mengherankan jika manusia yang kerap berbohong perlu waktu untuk mulai berkata jujur lagi.
“Menjadi jujur adalah proses. Bisa juga berarti bahwa manfaat kesehatan dari berkata jujur bertambah secara kumulatif,” pungkas Kelly.
Yang pasti, saat sudah terbiasa berkata jujur, Anda akan merasakan perubahan-perubahan baik lain. Misal, jadi lebih rendah diri, terbuka untuk belajar hal baru, juga tidak sensitif terhadap penolakan.
Lifehacker melansir, beberapa kebohongan mungkin kelihatan tak merugikan. Namun upaya alam bawah sadar kita untuk menghilangkan ketidaknyamanan saat apa yang kita ucap, lakukan, dan pikirkan tidak sejalan, bisa memicu kita bersikap di luar keinginan.
Source : Beritagar.id