Ini Akibatnya Bila Memaksakan Minum 8 Gelas Air Sehari
Para ahli memang tak lagi menyarankan agar kita minum 8 gelas air per hari. Namun sebagian besar dari kita belum menyadari apa akibatnya jika kita minum 8 gelas air per hari.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences mengungkapkan bahwa tubuh mempunyai fungsi terpadu yang dengan cermat mengkalibrasi jumlah air yang dibutuhkan.
Ada tiga aturan yang bisa digunakan sebagai panduan, yaitu kita bisa selamat meskipun selama tiga menit tanpa oksigen, tiga hari tanpa air, dan tiga pekan tanpa makanan. Padahal ternyata ada juga orang yang bisa bertahan lebih lama, misalnya Andreas Mihavecz yang tanpa sengaja tertinggal di dalam sebuah sel penjara tanpa makanan dan minuman selama 18 hari.
Artinya, aturan minum delapan gelas per hari, seperti diungkapkan oleh peneliti di Australia, bukanlah panduan yang bagus. Mitos bahwa kita membutuhkan delapan gelas air per hari kemungkinan besar berasal dari rekomendasi nutrisi pada 1945 yang menyebutkan bahwa 2,5 liter air per hari merupakan “pasokan yang pas” bagi tubuh. Sayangnya orang menelan mentah-mentah rekomendasi ini meskipun belum ada riset yang membuktikan bahwa delapan gelas merupakan jumlah optimum air yang dibutuhkan.
Padahal, seberapa banyak air yang kita perlukan tergantung pada banyak faktor, misalnya umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kesehatan, lingkungan, dan tingkat aktivitas fisik. Ketika berolahraga dengan keras, misalnya, kita bisa mengeluarkan keringat setara dengan 1,5 liter cairan dalam satu jam.
Selain itu, ternyata tubuh juga mempunyai mekanisme alamiah untuk menjaga keseimbangan hidrasi. Air memang sangat penting untuk membawa oksigen dan nutrisi ke sel-sel tubuh dan menyingkirkan racun dari dalam tubuh. Lebih dari 50 persen tubuh adalah air, sementara sekitar 70 persen otak dan bantalan sendi juga air.
Selama ini kita menggunakan rasa haus sebagai tanda agar tubuh terhindar dari dehidrasi. Sementara itu studi terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Monash Universityuntuk pertama kalinya mengungkapkan bahwa ada pula respons di dalam tubuh untuk mencegah terjadinya hidrasi yang berlebihan.
Seperti dipaparkan dalam laman ScienceAlert, profesor Michael Farrel dari Monash Biomedicine Discovery Institute bersama Pascal Saker meminta 20 orang sukarelawan untuk menghitung seberapa besar usaha yang dibutuhkan untuk menengak air dalam dua kondisi: ketika mereka merasa haus setelah berolahraga; dan beberapa saat kemudian ketika mereka dibujuk untuk meminum air kembali.
Tim peneliti menemukan fakta bahwa dibutuhkan usaha tiga kali lipat untuk minum air setelah para sukarelawan minum air untuk menghilangkan rasa haus. Ternyata tubuh memberikan tanda untuk mengatur berapa jumlah air yang dikonsumsi sehingga mulut terasa sulit untuk menelan air lagi.
“Untuk pertama kalinya kami menemukan fakta bahwa tubuh berusaha keras untuk menelan kelebihan air yang bisa berarti bahwa tubuh menolak sehingga hal ini bisa dianggap sebagai perlawanan agar kita tidak kelebihan air,” ujar Farrell. Dia menambahkan bahwa refleks tubuh untuk menelan air menjadi terhambat ketika sejumlah air sudah diminum.
Para ilmuwan juga menggunakan mesin pemindai untuk mengukur aktivitas di dalam otak sebelum orang minum air, ketika minum dalam jumlah yang cukup dan ketika minum air berlebihan. Ternyata ketika orang minum berlebihan, ada banyak aktivitas yang terekam pada bagian depan sebelah kanan otak.
Itu kemungkinan artinya bagian korteks depan mengatur proses yang menghambat mulut untuk menelan lebih banyak air.
Apa akibatnya bila kita terlalu banyak minum air?
Atlet bisa mengalami hyponatremia jika kebanyakan minum air. Saat hal itu terjadi, ginjal dibanjiri terlalu banyak cairan sehingga tidak bisa memproses cairan itu dengan efisien. Akibatnya tubuh kekurangan kadar konsentrasi sodium (garam) dalam darah. Ketika level sodium turun di bawah 130 mmol per liter, tubuh dapat mengalami gangguan kesadaran seperti mabuk.
Perasaan mual, muntah, serta pusing juga dapat timbul dalam kasus ringan. Otak akan membengkak seiring dengan makin menurunnya kadar sodium sebagai akibat dari kelebihan cairan dalam tubuh.
“Ada kasus ketika atlet marathon yang kebanyakan minum dan kemudian tewas. Ini akibat mereka secara membabi buta rekomendasi itu dan minum lebih daripada yang dibutuhkan oleh tubuh,” ujar profesor Michael Farrell yang melakukan penelitian ini.
Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita bisa memperhatikan bagaimana warna urine kita untuk menentukan apakah cairan dalam tubuh masih mencukupi atau tidak.
Selain itu, seperti dikatakan Farrell, kita juga bisa merasakan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh tubuh. “Jika kita melakukan apa yang tubuh inginkan, kita pasti akan melakukannya dengan benar. Minumlah saat tubuh mengatakan kita haus, bukan minum berdasarkan jadwal yang kita buat,” kata Farrell.
Source : Beritagar.id