Insomnia Terkait Erat dengan Penyakit Mental
Kualitas tidur memiliki dampak langsung pada kesehatan fisik dan mental kita. Tidur yang buruk dapat membuat kita murung, khawatir, dan stres. Berbagai masalah tidur seperti insomnia, merupakan gejala umum dari kebanyakan penyakit mental termasuk kecemasan, depresi, skizofrenia, gangguan bipolar dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Hubungan antara insomnia dan penyakit mental terjalin dua arah: sekitar 50 persen orang dewasa dengan insomnia memiliki masalah kesehatan mental, sementara hingga 90 persen orang dewasa penderita depresi mengalami masalah-masalah tidur.
Problem tidur juga dapat menciptakan perulangan terus menerus. Orang dengan depresi yang terus mengalami insomnia misalnya, cenderung kurang merespon pengobatan depresi. Mereka juga berisiko lebih besar untuk kambuh dibandingkan mereka yang tanpa masalah tidur.
Pengolahan Emosional
Belum jelas bagaimana insomnia membuat orang cenderung mengembangkan penyakit mental. Penelitian tahun 2007 yang dilakukan oleh psikiater University of Pittsburgh School of Medicine menunjukkan bahwa insomnia dapat mempengaruhi kemampuan kita untuk memproses emosi negatif.
Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa orang-orang yang kurang tidur menunjukkan reaktivitas emosional yang lebih besar terhadap gambar yang tak menyenangkan dibanding gambar yang menyenangkan atau gambar dengan konten emosional netral. Orang-orang yang tidak kurang tidur tidak menunjukkan perbedaan reaktivitas emosional.
Dalam studi lain, pemindaian otak mengungkapkan bahwa orang dengan insomnia menunjukkan aktivitas yang lebih besar pada daerah pengolahan emosional di otak ketika mereka menggunakan strategi untuk mengurangi reaksi negatif terhadap gambar dibanding ketika mereka tidak menggunakan strategi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa insomnia membuat otak sulit bereaksi dengan tepat untuk mengolah emosi negatif, sehingga dapat memperparah insomnia dan membuat orang-orang yang insomnia rentan mengalami depresi.
Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan bahwa penyakit mental bisa timbul dari masalah-masalah di dalam sirkuit otak yang saling tumpang tindih dengan bagian otak yang mengatur jam biologis tubuh kita.
Mengobati Penyakit Mental dan Insomnia
Terapi perilaku kognitif cenderung menghasilkan beberapa perbaikan dalam masalah tidur, terutama untuk gejala ringan penyakit mental.
Akan tetapi, susah tidur cenderung bertahan kecuali ditargetkan secara langsung untuk pengobatan. Dalam sebuah uji coba penelitian, 51 persen individu yang menjalani pengobatan depresi dengan terapi perilaku kognitif atau obat masih mengalami insomnia.
Penelitian saat ini lebih fokus pada apakah pengobatan insomnia juga akan meningkatkan kesehatan mental pada orang yang mengidap penyakit mental, termasuk depresi dan kecemasan. Pasalnya, ada beberapa bukti bahwa pemberian obat dan terapi perilaku kognitif untuk insomnia dapat mengurang gejala masalah kesehatan mental.
Jadi, dapatkah penyakit mental dicegah dengan mengatasi insomnia?
Baru-baru ini, uji coba penelitian di Australia dengan 1.149 peserta menunjukkan bahwa pengobatan insomnia mampu mengurangi gejala depresi.
Partisipan yang menyelesaikan terapi perilaku kognitif insomnia menunjukkan penurunan gejala depresi dibandingkan mereka yang tidak diberi pengobatan insomnia.
Jadi, jika Anda menderita insomnia, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter. Jika diperlukan, ia dapat merujuk Anda ke dokter spesialis tidur atau psikolog. Mereka dapat menilai seberapa parah insomnia Anda beserta apapun yang terkait masalah kesehatan mental. Dengan begitu, anda bisa mendapatkan pengobatan yang sesuai.
Source : National Geographic Indonesia