Jamur membantu menangkal alzheimer dan demensia
Pada awal tahun ini, jamur masuk dalam daftar makanan yang diprediksi jadi tren kesehatan 2017. Sebabnya, jamur dikenal kaya antioksidan dan dianggap adaptogen–zat yang membantu tubuh beradaptasi terhadap stres dan fluktuasi hormon, terbukti mampu mengurangi peradangan sehingga menjaga kesehatan usus.
Kini, ada lebih banyak alasan kesehatan kenapa jamur bakal mengetren.
Beberapa jenis jamur ternyata mengandung senyawa yang dapat melindungi otak dari penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan Alzheimer. Begitu hasil studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Medicinal Food.
Penyakit neurodegeneratif adalah menurunnya fungsi otak akibat sel saraf kehilangan struktur secara progresif. Jenis penyakitnya antara lain parkinson, huntington, pick (dimensia frontotemporal), lou gehrig atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS), juga demensia dan alzheimer.
Eurek Alert melansir, periset dari University of Malaya menemukan bahwa makan jamur tertentu memberi perlindungan terhadap rangsangan neurotoksik–seperti peradangan, dan dapat meningkatkan pertumbuhan saraf otak. Kedua proses tersebut berperan melawan penyakit neurodegeneratif.
Menurut Sampath Parthasarathy, MBA, PhD, dekan di University of Central Florida sekaligus editor in chief Journal of Medicinal Food, studi ini mungkin akan memicu penelitian makanan lain yang bersifat neuroprotektif.
Sebab, belum banyak studi khusus yang meneliti makanan untuk penyakit neurodegeneratif, jika dibandingkan dengan banyaknya studi makanan terkait penyakit kardiometabolik dan kanker.
Penelitian ini berfokus pada aktivitas komponen bioaktif jamur yang dapat menawarkan manfaat perlindungan bagi saraf dan kognitif.
Memang, sejak ribuan tahun silam jamur telah dikenal kaya manfaat. Selain dimakan langsung, jamur juga dijadikan ramuan obat alami. Dalam penelitian sebelumnya, jamur ditemukan kaya vitamin D dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
Bahkan, sifat anti-inflamasi pada jamur bisa membantu penyembuhan penderita asma, rheumatoid arthritis, gagal ginjal, dan kerusakan akibat stroke. Mungkin manfaat ini juga lah yang mendorong para periset meneliti lebih jauh soal jamur.
Walau demikian, tak semua jamur sehat untuk dimakan. Ada jenis jamur tertentu yang memiliki kandungan senyawa psilocybin– menciptakan efek halusinasi.
Bagi orang normal, efek jamur ini bisa berbahaya, seperti bahaya fisik termasuk perilaku kekerasan, juga konsekuensi jiwa. Namun, dunia medis juga menemukan manfaatnya sebagai obat pendukung terapi, yang berguna mengobati depresi atau meringankan efek psikologis kanker.
Jamur yang dapat dikonsumsi menurut para peneliti antara lain adalah jamur ling zhi, jamur kuping putih, jamur maitake, phallus indusiatus, hericium erinaceus alias yamabushitake.
Selain jamur, beberapa jenis makanan lain seperti susu, brokoli, buah-buahan berwarna ungu seperti bluberi, kari serta ikan, juga mampu menangkal alzheimer dan demensia.
Studi terbaru ini sangat penting. Mengingat dewasa ini, bukan hanya pertambahan usia atau di usia tua saja yang membuat orang jadi lebih mudah pikun. Melainkan juga beberapa alasan terkait gaya hidup dan tuntutan dunia modern seperti multiaksi dan kurang tidur. Bisa jadi dengan makan jamur, upaya menangkal penyakit neurodegeneratif pun lebih besar.
Sebagai catatan, berdasar laporan Alzheimer’s Association, diduga ada 5,4 juta orang Amerika Serikat dari segala usia memiliki penyakit Alzheimer pada tahun 2016. Artinya, tidak tertutup kemungkinan orang yang lebih muda juga berpotensi mengalami Alzheimer. Selain itu, satu dari tiga orang yang lebih tua meninggal akibat demensia atau bentuk lain dari penyakit tersebut.
Di Indonesia, program lansia sehat yang jauh dari demensia sudah mulai dicanangkan. Sebab, kepikunan kerap dianggap biasa terjadi pada lansia sehingga Alzheimer sering kali tidak terdeteksi. Padahal gejalanya dapat dialami sejak usia muda (early on-set dementia).
Selain itu, Menurut Wakil Ketua Yayasan Alzheimer Indonesia Bidang Riset, Tiara P Sani, “Diperkirakan pada 2030 nanti penderita demensia di Indonesia menjadi hampir dua juta jiwa dan pada 2050 melonjak jadi empat juta jiwa.”
Dampak lonjakan penderita demensia ini pun dinilai dapat mempengaruhi kondisi ekonomi suatu negara.
Berdasar perkiraan Alzheimer’s Disease International (ADI), Indonesia memiliki jumlah penderita demensia sebesar 1,2 juta jiwa dan masuk dalam sepuluh negara dengan demensia tertinggi di dunia dan di Asia Tenggara pada 2015. Dengan peningkatan jumlah penderita demensia mencapai antara 5,8 persen dan 4,8 persen.
Source : beritagar,id