Lifestyle

Kapan sebaiknya menghindari media sosial

Dalam bermedia sosial, mengingat peribahasa Mulutmu harimaumu adalah hal bijak. Itu mengapa tak ada salahnya menunda dan berpikir ulang sebelum mengunggah sesuatu di media sosial. Terutama saat emosi melanda.

“Jauhi media sosial saat kamu sedang marah, saat kamu sedang geram. Bahkan di offline saja, saat marah kita sebaiknya diam agar tak keluar kata-kata yang kemudian kita sesali. Apalagi di media sosial, yang berpotensi viral, penyesalan kita akan lebih mendalam,” tulis technopreneur Nukman Luthfie dalam blognya.

Akun Facebook, Twitter, atau platform media sosial lain memang milik Anda pribadi. Namun media sosial adalah ranah publik. Salah tulis status, buntutnya tak hanya bisa merugikan orang lain namun juga diri sendiri.

Apalagi, revisi Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) mulai berlaku efektif Senin (28/11/2016). Ada hal-hal yang perlu lebih Anda waspadai sebagai pengguna aktif media sosial.

Menkominfo Rudiantara juga mengingatkan hal senada. Terlebih saat membagikan suatu informasi di media sosial. Memastikan bahwa konten yang disebarkan adalah benar itu wajib.

“Jadi informasi yang kita terima dan mau kita berikan orang lain harus benar dan memberi manfaat. Ya itu tadi, satu harus tabayyun, dua tabayyun, tiga tabayyun. Apalagi dalam kondisi seperti ini. Harus memilah dan memilih, meneruskan dan mengirim konten yang sifatnya bermanfaat,” tegasnya.

Klise namun baik untuk diingat. “Hanya kita sendiri yang bisa mem-filter konten yang akan kita unggah,” kata Mathilda Birowo, dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia dikutip Republika.

Hilda pun menyatakan bahwa sebaiknya kita menjauhi media sosial saat marah agar tak mudah melampiaskan kekesalan. “Kalau sudah emosi, kita tak sadar dan tak pakai logika mengunggah sesuatu yang ternyata bisa berefek panjang, dan saat sadar, baru kita menyesal,” kata praktisi kehumasan ini.

Memang, masing-masing orang punya cara mengelola emosi. Namun sebenarnya ada etiket dalam bermedia sosial yang sudah disosialisasikan banyak pihak termasuk pemerintah.

Ini sekaligus menjadi pengingat bahwa menahan emosi di media sosial adalah hal penting. Menilik riset University of California, terungkap bahwa emosi negatif dapat menular lewat Facebook. Penelitian yang dipublikasikan dalam PLOS ONE ini diklaim sebagai riset terbesar untuk subyek topik ini. Para periset menggunakan piranti lunak untuk memantau konten emosional dari satu miliar unggahan di Facebook dalam dua tahun.

Kesimpulan serupa juga didapat dari penelitian yang dilakukan Facebook. Saat mereka menghapus unggahan positif dari news feed lebih dari 680 ribu pengguna, mereka cenderung sedikit mengunggah konten positif, lebih banyak mengunggah hal negatif. Hal sama juga berlaku sebaliknya. Saat unggahan negatif dihapus, unggahan positif bermunculan.

Jadi, bagikanlah hal-hal positif.

Source : beritagar.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button
.