Featured

Kenang Patriotisme Serdadu Ausi di Balikpapan

GODISCOVER.CO.ID –

Pada 1942, Balikpapan merupakan kota yang strategis, karena menjadi pelabuhan minyak utama di Asia Timur. Atas dasar itu Jepang berhasrat untuk merebut kekuasaan atas kota ini dari tangan Belanda. Singkat cerita, Jepang pun berhasil merebut Balikpapan.

Setelah lebih dari 3 tahun berkuasa, tiba masanya Jepang dihadapkan pada perang yang memaksa mereka menyerah. Perang tersebut bermula pada 1 Juli 1945, saat pasukan Australia tiba di kota ini.

Operasi Oboe-2, demikian sandi operasi militer Divisi Ketujuh Australia ini. Mereka bersama serdadu Sekutu melakukan pendaratan dari pantai Balikpapan, yang bertujuan untuk mengamankan pengolahan minyak dan fasilitas pelabuhan.

PETA PENYERBUAN BALIKPAPAN: Operasi Oboe-2 yang dilakukan pasukan Australia bersama serdadu Sekutu berhasil memaksa Jepang menyerah.

Jelang fajar 1 Juli 1945, Pasukan Australia melancarkan operasi amfibinya yang terbesar, gabungan kekuatan darat, laut, dan udara. Mereka menyerbu pantai di sebelah selatan kota Balikpapan. Sebanyak 33.000 serdadu Australia turut terlibat dalam operasi militer. Mereka menyerang daratan yang dipertahankan oleh sekitar 3.000 serdadu Jepang.

Dari pihak Sekutu (KNIL dan United States Army) meluncurkan pemboman, sehingga menghancurkan pertahanan pantai pihak Jepang. Saat senja, Divisi Ketujuh berhasil meretas pertahanan musuh sejauh dua kilometer ke arah pedalaman. Meskipun mereka berhasil menguasai Kota Balikpapan pada keesokan harinya, kedua lapangan terbang di pantai timur baru ditaklukkan pada 9 Juli 1945.

TERUS MENYERBU: Pasukan Australia yang berhasil meretas pertahanan Jepang sampai 2 km ke arah pedalaman.

Pertempuran di sisi utara dan sisi barat kota berlanjut selama lebih dari dua minggu. Sementara pasukan Jepang yang berada di parit perlindungan menahan setiap gerakan maju pasukan Australia.

Untuk menaklukkan Jepang, pada awalnya armada Sekutu memiliki enam rencana operasi militer. Penyerbuan Tarakan (Oboe-1), penyerbuan Balikpapan (Oboe-2), penyerbuan Banjarmasin (Oboe 3), penyerbuan Surabaya atau Jakarta (Oboe-4), penyerbuan kawasan timur Indonesia (Oboe-5), dan penyerbuan ke Sabah (Oboe-6). Namun, pada akhirnya hanya tiga dari enam operasi militer tersebut yang terwujud: penyerbuan ke Tarakan, Balikpapan, dan Sabah.

Menurut Australian War Memorial, penyerbuan Balikpapan merupakan salah satu operasi Australia yang paling kontroversial selama Perang Dunia Kedua. Panglima pasukan Australia Jenderal Sir Thomas Blamey, sebenarnya justru menyarankan pemerintah untuk menarik dukungannya untuk Operasi Oboe-2.

TARIK DUKUNGAN: Inilah Panglima Pasukan Australia Jendral Sir Thomas Blamey yang meminta Pemerintah Australia menarik dukungan Operasi Oboe-2.

Tampaknya Blamey melihat bahwa operasi Australia di Kalimantan tidak akan berhasil mengalahkan Jepang. Namun, Panglima Kawasan Barat Daya Pasifik Jenderal Douglas MacArthur yang telah merancang Operasi Oboe tetap bergerak ke Balikpapan.

TETAP BERGERAK: Perancang Operasi Oboe-2 Jenderal Douglas MacArthur memutuskan tetap melaksanakan penyerbuan Jepang di Balikpapan.

Operasi Oboe-2 di Balikpapan merupakan serangan amfibi besar-besaran yang terakhir dalam Perang Dunia Kedua. Operasi militer ini juga menjadi ekspedisi terakhir bagi pasukan Australia dalam melawan Jepang.

Pertempuran yang baru selesai pada 14 Agustus 1945 ini menelan korban jiwa sebanyak 229 serdadu Divisi Ketujuh Australia, dan 634 terluka. Sedangkan dari pihak Jepang sejumlah 2.032 orang tentaranya tewas dan 63 lainnya menjadi tawanan perang.

Untuk mengenang perang heroik ini, Pemerintah Australia sengaja membangun sebuah tugu di kawasan Lapangan Merdeka. Tugu ini yang kita kenal dengan sebutan Tugu Australia.

KENANG PASUKAN YANG GUGUR: Sebuah keluarga Jawa yang baru saja dibebaskan dari kamp kerja paksa memandang ke arah Tugu Australia.

Di sisi depan tugu ini, ada plakat tembaga yang berkisah tentang pertempuran yang heroik karya seniman Ross J. Bastian. Plakat yang dibuat pada 1998 itu bertajuk “Balikpapan and Australia 1945”.

CERITA PATRIOT: Plakat karya Ross J. Bastian yang berada Tugu Australia berisi kronologi pertempuran antara Australia vs Jepang di Balikpapan.

Plakat tersebut bertuliskan “Dalam penyerbuan melalui laut yang direncanakan dan dikoordinasi dengan baik terhadap Tarakan, Teluk Brunei dan Balikpapan pasukan Australia menerjang dan mengalahkan pasukan Jepang yang siap siaga dan gigih bertahan”.

Dan pada baris akhir, terdapat kalimat berupa himbauan pada siapa saja yang membacanya. “Lest We Forget,” tulis Ross J. Bastian pada plakat tersebut, yang berarti “jangan sampai kita lupa”.

Pada awal berdirinya Tugu Australia, ada sebuah pedang logam yang terpasang pada bagian atas tugu. Namun, entah sejak kapan pedang tersebut hilang dan diganti dengan lukisan bercat hitam.

Oleh: Harry F. Darmawan – Godiscover

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button
.