Technology and Tips

Kenapa Uber Menyerah Lawan Grab dan Go-Jek?

Persiapan menuju IPO pada 2019 hingga ‘lelahnya’ mereka dengan persaingan yang terlampau ketat menjadi sejumlah alasan Uber untuk mengibarkan bendera putih di Asia Tenggara. Menyerah menghadapi persaingan dengan Grab serta Go-Jek.

Uber resmi menyerah di pasar Asia Tenggara setelah menyerahkan seluruh unit bisnisnya di kawasan tersebut kepada Grab, yang notabene merupakan pesaingnya, dengan menyisakan kepemilikan Uber terhadap 27,5% bagian saham gabungan keduanya. Ini merupakan kegagalan ketiga perusahaan asal California tersebut dalam mencoba peruntungan di luar pasar Amerika Utara.

Sebelumnya, Uber telah menjual unit bisnisnya di China kepada Didi Chuxing pada 2016, sekaligus menyisakan mereka 17,5% bagian saham dari perusahaan asal Beijing tersebut. Lalu, Uber juga sudah menyerahkan seluruh operasionalnya di Rusia kepada Yandex, dengan imbalan 37% bagian dari saham gabungan keduanya.

CEO Uber, Dara Khorowshahi, mengatakan bahwa mundurnya Uber dari pasar Asia Tenggara dikarenakan perusahaan yang dipimpimpinnya memiliki batasan dalam mendominasi sektor transportasi online di sejumlah negara di dunia.

“Satu potensi bahaya dari strategi global kami adalah terlalu banyak turun gelanggang dalam pertarungan melawan kompetitor yang tidak sedikit, dan ini terjadi di cakupan kawasan yang luas,” ujarnya, Senin (26/3).

Persaingan yang terlalu ketat di Asia Tenggara pun juga menjadi salah satu alasan bagi SoftBank dalam mempercepat proses transaksi antara Uber dan Grab. Perusahaan pendanaan asal Jepang tersebut merupakan penanam modal terbesar Grab sekaligus pemegang saham mayoritas di Uber.

Selain memotori Grab dan Uber, SoftBank juga menyokong layanan transportasi online lain, seperti Ola di India dan Didi Chuxing di China. Gabungan dari empat platform tersebut melayani sekitar 45 juta perjalanan tiap harinya, seraya membayangkan betapa besarnya minat terhadap pemesanan kendaraan online, sekaligus melahirkan persaingan yang ketat.

Dara juga mengatakan, dengan menyerahkan operasional Uber di Asia Tenggara kepada Grab, akan membuat perusahaan asal California tersebut untuk lebih fokus dalam sejumlah pasar utama yang mereka sasar. Selain itu, Dara juga optimis bahwa kepemilikan saham Uber di gabungan bisnis mereka dengan Grab, Didi Chuxing, dan Yandex akan terus tumbuh.

Selain itu, dengan mundurnya Uber dari persaingan di Asia Tenggara diharapkan mampu menyeimbangkan neraca keuangannya demi rencana mereka untuk melantai di bursa saham, atau IPO, pada 2019 mendatang. Terlebih, Uber sudah menggelontorkan sekitar USD 10,7 miliar sejak didirikan sembilan tahun lalu.

Keuangan memang menjadi masalah tersendiri bagi Uber dalam beberapa waktu terakhir. Tahun lalu, mereka mengalami kerugian hingga USD 4,5 miliar, hampir dua kali lipat dari yang terjadi pada 2016, yaitu USD 2,8 miliar.

Meski begitu, mereka masih mampu bertahan dengan pendapatan mencapai USD 11,1 miliar pada Kuartal IV 2017. Uber pun mengakhiri tahun tersebut dengan kas USD 6 miliar dalam bentuk uang tunai.

Source: Detik Inet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button
.