Lifestyle

Marah Secara Sehat Untuk Mengelak Dari Penyakit

Kadang marah bisa sangat baik, selama diekspresikan dengan cara yang sehat tanpa berlama-lama. Dengan cara ini, marah bisa membantu orang berpikir lebih rasional. Sebaliknya, marah yang tidak sehat, seperti kelamaan marah, memendam marah atau meledak-ledak justru mengundang beberapa masalah kesehatan.

Hilary Jacobs Hendel, LCSW, seorang psikoterapis dan pemerhati masalah kesehatan mental di New York membahas sebuah artikel menarik dalam Psych Central tentang kemarahan. Menurutnya, kemarahan seringkali dipersepsikan secara salah.

Biasanya, orang akan beranggapan memukul dan berteriak itu bagian dari marah. Bahkan, ada yang menyamakannya dengan tindakan menyakitkan, menakutkan, dan merusak. Padahal dilihat dari perspektif ilmu emosi, kemarahan itu adalah pengalaman pribadi.

Padahal, marah hanya dapat dirasakan sendiri. Ketika marah dikeluarkan atau dilampiaskan (pada seseorang), ini namanya ‘tindakan marah’. Namun banyak orang takut menghadapi atau mengalami kemarahan karena kesalahkaprahan tersebut.

Perbedaan ini perlu dipahami, sebab, antara kemarahan dan tindakan marah sering muncul bersamaan. Begitu terjadi, dalam kondisi apapun, ada konsekuensinya.

Risiko kesehatan karena marah

Seperti dijelaskan psikolog sosial Nathan Heflick, Ph.D., tindakan marah yang muncul pada diri seseorang pada dasarnya adalah cara agar orang tersebut bisa merasa lebih baik tentang dirinya sendiri.

Antara lain karena merasa ditantang atau terancam harga dirinya, merasa kalah saat dibandingkan, dan cerminan diri sendiri yang tidak baik (kemudian diproyeksikan pada orang lain dengan marah).

Everyday Health pernah mengulas dan memaparkan beberapa riset yang membuktikan marah yang tak sehat bisa mengundang penyakit. Berikut di antaranya:

  • Ledakan marah berisiko bagi jantung. Orang yang sering marah terbukti dua kali lebih berisiko mengalami penyakit koroner dibanding orang yang tidak sering marah.
  • Sebuah studi menemukan bahwa orang yang tidak bisa mengontrol marah berisikotiga kali lebih tinggi mengalami stroke akibat darah membeku atau perdarahan di otak selang dua jam setelah marah.
  • Marah bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh. Para ilmuwan dari Universitas Harvard menemukan pada orang sehat, sekadar mengingat pengalaman marah bisa menyebabkan enam jam pelemahan pertahanan tubuh terhadap infeksi.
  • Kemarahan memperburuk gejala gangguan kecemasan umum (GAD), kondisi khawatir berlebihan dan tidak terkendali yang mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Juga memicu lahirnya depresi.
  • Riset di Harvard University menyebutkan, marah dan sikap bermusuhanmenghasilkan hormon stres, sehingga meradang di saluran pernapasan, dan bisa merusak paru-paru.

Lengkap bukan, penyakit yang bisa ditimbulkan akibat marah. Untuk itulah, kemarahan perlu dikenali, agar marah secara sehat bisa dioptimalkan.

Mengelola marah secara sehat

Cara sehat mengelola marah menurut Hilary Jacobs Hendel, adalah dengan berlatih merasakan pengalaman saat marah, tanpa segera melakukan tindakan marah. Dengan cara ini, berarti Anda memperlambat kemarahan sekaligus memfokuskan pikiran, sehingga tahu kapan waktu yang tepat untuk bertindak.

Bagaimana caranya? Pertama, diam dan rasakan. Pelajari dan pantau keadaan sekitar, apa yang memicu Anda marah. Misal, rasakan munculnya kemarahan, saat pelayan justru melayani orang yang menyerobot padahal Anda sedang mengantre.

Kedua, sadari dan rasakan bahwa kemarahan sebenarnya hanyalah sensasi fisik. Tubuh mungkin bergetar hebat saat sangat marah, atau kepala serasa melayang dan pipi terasa panas terbakar saat marah.

Jika Anda bisa meredakan perlahan sensasi fisik ini, sensasi kemarahan pasti mulai terasa. Inilah fase terpenting yang Anda butuhkan, untuk mengukur seberapa besar Anda marah.

Ketiga, ketahui bahwa kemarahan merupakan dorongan alami terhadap orang yang menyakiti Anda. Walau hati ingin berlaku baik, kemarahan mendorong perilaku jahat.

Setelah melalui beberapa langkah di atas, biasanya pikiran lebih tenang. Ketika bisa berpikir dan merasakan kemarahan pada saat yang sama, Anda lebih baik memikirkan tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan. Dan tentu, tanpa perlu menyakiti siapapun.

Selain cara yang ditawarkan Hendel, laman Prevention dan Health juga menyarankan beberapa cara marah dengan sehat. Di antaranya mengubah kemarahan dalam kata dan membicarakannya dengan orang yang dipercaya.

Alternatif lain, menuliskan kemarahan dalam buku; memukul atau menjerit pada sesuatu (bukan seseorang); menghitung sampai 10 (atau 100); memaafkan; mengalihkan perhatian; mempraktikkan kasih sayang; dan tidak menyangkal kemarahan.

Source : Beritagar.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button
.