Mengapa Kita Makan Saat Tak Lapar
Pada dasarnya, kebiasaan membentuk perilaku. Pun dengan kebiasaan makan.
Seseorang dikatakan memiliki kebiasaan makan baik, ketika ia tahu kapan saatnya harus makan, dan kapan harus berhenti. Sebaliknya, banyak cara yang membuat kebiasaan makan jadi tak baik.
Misalnya ketika Anda makan akibat emosi sedang tidak stabil–umumnya emosi negatif seperti marah, kesal, sedih, stres; Atau makan di malam hari sambil menonton tv. Keduanya sama-sama merujuk pada makan berlebihan, karena Anda makan saat tak lapar.
Ditinjau dari segi kesehatan, orang yang makan saat perutnya tidak lapar cenderung akan mengalami kegemukan. Alasannya, berdasar temuan penelitian David Gal dari University of Illinois-Chicago, tubuh akan mengalami lonjakan gula darah lebih tinggi dibanding dengan saat makan ketika lapar walau jumlah kalorinya sama.
Artinya, nutrisi makanan yang masuk akan lebih sulit dicerna sehingga terjadi pengendapan.
Dalam sebuah penelitian lain yang dipaparkan Psychology Today, disebutkan bahwa makan saat kenyang dikendalikan oleh sistem neurologis sama yang juga mengendalikan semua kebiasaan seseorang.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kebiasaan memengaruhi perilaku makan, periset meneliti aktivitas daerah otak yang disebut dengan korteks prefrontal ventromedial–terletak di bagian tengah bawah lobus frontal.
Fungsi utama daerah ini adalah mengantisipasi nilai dari suatu kejadian yang diharapkan, dengan mendorong kita berperilaku positif atau negatif. Singkatnya, jika dikelola secara positif, ternyata otak kita bisa diatur untuk makan hanya ketika lapar, sehingga dapat mencegah makan berlebih dengan mengenali bahwa tubuh sudah kenyang.
Temuan yang menguji 32 partisipan tersebut menjelaskan mengapa Anda makan meski tidak lapar. Yaitu karena orang cenderung membiarkan sistem kebiasaan di tubuh mengambil alih sehingga makan menjadi otomatis.
Jadi, bagaimana cara mengantisipasinya?
Dr. Allana Polo, seorang dokter naturopati–terapi atau pengobatan medis secara alami, berbagi pengalaman profesionalnya untuk mengatasi kebiasaan makan saat tak lapar dalam mind body green.
Menurutnya, agar berhasil mengubah pola makan dan kebiasaan, Anda harus terlebih dahulu mengenali mengapa Anda makan. Setelahnya dengan pemahaman, Anda bisa mulai mengubah kebiasaan buruk tersebut. Berikut beberapa pendekatan yang ditawarkan Dr. Polo.
Identifikasi
Sebagaimana halnya masalah, kesadaran merupakan langkah pertama. Makan sering akibat kebiasaan lapar merupakan respons terhadap sejumlah faktor yang kompleks.
Tak selalu hanya karena kelaparan fisiologis yang umumnya terjadi sebagai isyarat bahwa tubuh merasa lapar, karena kehabisan bahan bakar dan perlu diisi ulang.
Masalahnya, banyak orang yang justru tak pernah merasa benar-benar lapar. Itulah sebabnya Anda perlu mengidentifikasi.
Misalnya dengan membuat catatan kapan Anda makan, apa yang Anda makan, dan (paling penting) mengapa Anda makan. Lain waktu Anda meraih sesuatu untuk dimakan lagi, mengidentifikasi perihal makan akan sangat membantu Anda menciptakan pola makan yang baru.
Rehat sejenak
Dengan kesadaran, otak yang mengidentifikasi perilaku negatif akan bekerja lebih bijak. Sisanya, Anda hanya perlu mengistirahatkan keinginan untuk menahan dan membatasi diri.
Anda dapat menghindari pemicu untuk mengurangi kuatnya dorongan untuk makan. Cari kegiatan yang membuat badan bergerak.
Cari juga alternatif makanan yang lebih sehat. Selain itu, rencanakan juga pola makan. Konsumsi yang terencana akan membuat Anda merasa seimbang dibanding merasa bersalah.
Ciptakan kebiasaan baru yang memuaskan
Menumbuhkan kebiasaan baik yang baru pasti sulit. Sebab orang punya kecenderungan mengulang hingga 40 persen perilaku yang sama dalam sehari.
Itu sebabnya Anda perlu banyak mengidentifikasi diri, membuat perubahan secara perlahan, dan fokus pada hal-hal kecil. Cukup diingat, apabila perut terasa lapar, lebih baik makan ketika isyarat fisiologis mulai muncul. Bukan karena lingkungan, emosional, atau situasional.