Menurut Studi Ini, Perokok Lebih Sulit Mendapatkan Pekerjaan

Merokok tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan tetapi juga berpengaruh negatif bagi karir seseorang lho. Setidaknya itulah yang diungkapkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Stanford University Medical Center. Menurut tim peneliti, perokok lebih mungkin untuk menganggur dibandingkan non perokok.
Sebenarnya, para peneliti telah menemukan hubungan antara tidak dipekerjakannya seseorang dengan kebiasaan dia merokok dalam beberapa studi. Misalnya saja pada tahun 2012, National Statistic di Inggris menemukan bahwa orang yang tidak bekerja dua kali lebih tinggi kemungkinannya untuk merokok daripada mereka yang bekerja. Walaupun, saat itu, belum jelas apa penyebab lebih banyak orang yang tidak bekerja menjadi perokok.
“Bisa jadi mereka merokok karena stres atau memang dari awal sudah merokok. Maka dari itu, studi ini akan menjelaskan alasan perokok lebih banyak tidak bekerja. Apakah perokok mengalami kesulitan saat mencari kerja, atau malah kehilangan pekerjaan mereka karena rokok,” ucap Judith Prochaska, profesor kedokteran di Stanford sekaligus penulis utama studi ini.
Studi ini melibatkan dua kelompok yaitu 131 perokok dan 120 non perokok yang sama-sama tidak bekerja. Pada akhir tahun, hanya 27 persen perokok yang mendapat pekerjaan. Jumlah ini tergolong kecil dibandingkan nonperokok di mana 56 persen dari mereka berhasil mendapatkan pekerjaan. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan pula bahwa gaji yang didapatkan perokok sekitar 65 ribu rupiah lebih rendah per jamnya dibandingkan yang bukan perokok.
“Bahaya merokok bagi kesehatan telah diketahui selama puluhan tahun dan studi kami memberikan gambaran bahaya keuangan yang dialami perokok yaitu sulit mendapatkan pekerjaan dan upah yang diterima juga lebih rendah,” ucap Prochaska, dikutip dari Medical Daily, Selasa (12/4/2016).
Mengapa perokok lebih mungkin tidak mendapatkan pekerjaan dibanding bukan perokok? Prochaska mengatakan ia dan tim tidak sepenuhnya menyelidiki penyebabnya. Namun, sebuah studi di Ohio State University menyebutkan perokok bisa memberi beban keuangan pada perusahaan sekitar Rp 65 juta untuk biaya kesehatan. Penurunan produktivitas juga dikhawatirkan akan terjadi pada perokok.
Terlebih seorang perokok juga dihadapkan pada masalah mulai dari kelelahan, batuk jangka panjang, penyakit jantung, atau bronkhitis kronis. Hal ini yang menyebabkan saat interview, calon karyawan dengan aroma rokok pada umumnya akan ditolak oleh pewawancara dengan alasan tidak cukup sehat.
Tidak hanya perokok, orang yang baru saja berhenti dari merokok pun disinyalir akan mendapatkan perlakuan yang sama. Hal ini dikarenakan, pewawancara khawatir akan ada efek-efek sisa dari merokok itu sendiri. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti akan fokus pada orang-orang yang berhenti merokok dan melihat apakah orang-orang ini akan mendapatkan pekerjaan lebih cepat dibandingkan orang yang merokok.(rdn/vit)
Source : Detik Health