
INFLASI BALIKPAPAN TETAP TERKENDALI
Oleh: Harry F. Darmawan/GoDiscover
SAMPAI Triwulan II 2017, pertumbuhan ekonomi Kaltim tercatat berada di angka 3,58%. Walau terus membaik, Kaltim masih dihadapkan pada risiko perbaikan harga komoditas internasional yang diperkirakan masih temporer, tidak bersifat fundamental. Selain itu, pembiayaan pembangunan ekonomi Kaltim juga masih terbatas.
Hal ini disampai Kepala Perwakilan BI KPw Balikpapan Suharman Tabrani pada Temu Media “Perkembangan Terkini, Tantangan dan Prospek Ekonomi”, Rabu (23/8) siang di Yellow Duck Café.
Suharman menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Kaltim berpeluang untuk terus meningkat. Ini karena ekspor batubara Afrika Selatan terkonsentrasi pada permintaan dari negara-negara Afrika. “Pasar batubara Asia kembali terbuka bagi Indonesia,” tuturnya.
Selain itu, rencana peningkatan investasi swasta dan hadirnya beberapa pabrik kelapa sawit baru yang berstatus commissioning dengan kapasitas total 850 ton TBS per jam diyakini bisa menjadi penopang peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim.
Di Balikpapan, level inflasi pada periode ini relative lebih terkendali disbanding tahun-tahun sebelumnya. Namun, Suharman mengungkapkan, terjadi pergeseran karakter kelompok penyumbang inflasi di Balikpapan, tekanan administered prices lebih tinggi dibandingkan volatile foods yang secara tahunan masih deflasi.
“Sampai Juli 2017 inflasi Balikpapan tercatat sebesar 3,26% (yoy),” ujarnya.
Secara umum ada beberapa faktor risiko yang diwaspadai BI pada pertengahan Triwulan III hingga akhir tahun nanti, baik dari sektor volatile food, administered price maupun core.
Di lain sisi, kinerja penghimpunan dana perbankan di Balikpapan terus tumbuh sejak akhir tahun 2016 lalu. Tercatat, pada Juli 2017 DPK yang terhimpun sebanyak Rp 22,44 Triliun, atau 2,66%.
Penyaluran kredit di Balikpapan turut mengalami hal serupa hingga Juli 2017, yakni sebesar 3,0% (yoy), setelah mengalami tren perlambatan sepanjang 2016. “Namun, risiko kredit tercatat masih tinggi dengan NPL mencapai 12,5%,” sebutnya.
Beda halnya dengan harga properti residensial primer. Hasil survei BI mencatat adanya perlambatan pada sektor ini, dengan harga rumah sekunder yang mengalami koreksi.
Selain itu, Hasil Survei Properti Komersial menunjukkan terjadi perlambatan pada hotel dan kondotel. Sementara itu untuk Apartemen dan Perkantoran meningkat tipis dan pusat perbelanjaan relatif stabil.
Jumlah uang kartal yang keluar (outflow) dari KPw BI Balikpapan sepanjang tahun 2017 (hingga Juli) tercatat lebih besar dibandingkan jumlah uang masuk (inflow). Angka net outflow sebesar Rp 801,4 miliar, lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun 2016 yang tercatat net inflow Rp 98,9 miliar. “Ini mengindikasikan roda perekonomian di Kota Balikpapan semakin membaik,” ucap Suharman.
Di sisi lain, jumlah temuan uang yang diragukan keasliannya meningkat dari 224 bilyet (Januari-Juli 2016) menjadi 376 bilyet (Januari-Juli 2017), yang didominasi pecahan 100.000. [*]