FeaturedNewsUncategorized

Panen Perdana Hasilkan 21 Ton Bawang Merah

Program Pengembangan Klaster Bawang Merah Balikpapan

Oleh: Harry F. Darmawan/GoDiscover

SELAIN cabai, bawang merah juga menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Balikpapan, maupun Kaltim. Masih bergantungnya Balikpapan pada pasokan bawang merah dari Jawa Timur dan Sulawesi ini dinilai sebagai pemicunya.

Guna mengatasi hal itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan (KPw BI Balikpapan) bekerjasama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan, khususnya Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Balikpapan melaksanakan Program Pengembangan Klaster Bawang Merah untuk tahun 2017 hingga 2019 mendatang.

Program yang berjalan sejak Juli lalu ini menuai hasil panen perdana pada Kamis (14/12). Kepala Perwakilan KPw BI Balikpapan Suharman Tabrani, Walikota Balikpapan Rizal Effendi, Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Balikpapan Yosmianto dan stakeholder terkait pun hadir di kawasan Gunung Bubukan, Teritip, Balikpapan Timur untuk memanen bersama.

Kepala KPw BI Balikpapan Suharman Tabrani mengungkapkan, hasil panen Kamis kemarin mencapai 21 ton, yang berasal dari 1 ton bibit dari Brebes yang dibawa petani dari Kelompok Tani Hikma saat usai mengikuti program pelatihan budidaya bawang merah — yang juga bagian dari Program Pengembangan Klaster Bawang Merah.

“Panen 21 ton ini tak semua dikonsumsi. Setengahnya wajib digunakan untuk pembibitan,” sebutnya.

Dirinya menambahkan, kebijakan alokasi produksi panen ini sudah disepakati bersama para petani. Sebab, tujuan dari program ini adalah untuk keberlanjutan pasokan. Termasuk untuk memenuhi kebutuhan daerah lain di Kaltim.

“Tak hanya bibit, dalam program klaster ini, petani juga mendapat pengadaan gudang penangkaran. Gudangnya terdiri dari dua ruangan, untuk ruangan penyimpanan dan pengasapan,” paparnya.

Ruang penyimpanan itu digunakan untuk menyimpan dan menggantung hasil panen. Sedangkan ruangan pengasapan digunakan untuk proses pengasapan calon-calon bibit bawang merah yang akan ditanam pada periode produksi selanjutnya.

“Pengasapan ini untuk mengurangi kadar air, sehingga bibit tidak cepat busuk. Juga agar tidak mudah timbul bakteri pada umbi tanamannya,” jelas Suharman.

Suharman berharap, hasil budidaya bawang merah ini perlahan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Balikpapan dan sekitarnya. Ketergantungan pasokan dari daerah lain pun bisa dikurangi.

“Kami tidak hanya fokus ke produksi. Pemasarannya juga harus dipikirkan. Tidak mudah masuk pasar tradisional, tapi ini akan kami pikirkan,” pungkasnya. [*]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button
.