Ekonomi Balikpapan September 2017
Oleh: Harry F. Darmawan/GoDiscover
SEIRING dengan meningkatnya omzet penjual eceran di Kota Balikpapan pada September 2017 sebesar 2,9% (mtm), kota ini juga mengalami peningkatan pada inflasinya. Tercatat, inflasi itu berada pada level 0,20% (mtm), atau meningkat dari bulan sebelumnya sebesar -0,62% (mtm).
Melalui siaran pers yg diterima Discover Borneo (DB) pada Senin (2/10) sore, Kepala Perwakilan Bank Indonesia KPw Balikpapan Suharman Tabrani menerangkan bahwa peningkatan inflasi tersebut didorong oleh kelompok inti sebesar 0,19% (mtm), yang disebabkan kenaikan harga beberapa komoditas makanan dan bahan bangunan.
“Komoditas yang memberi andil tertinggi yakni keramik, ayam goreng, biji nangka, seng dan mie kering atau instan. Masing-masing sebesar 0,02% (mtm),” papar Suharman.
Selain itu, kelompok Volatile Food (VF) turut memberi andil pada inflasi sebesar 0,01% (mtm), didorong oleh penurunan harga bawang merah dan layang/benggol. Di sisi lain, kelompok Adminestered Price (AP) memberi andil sebesar 0,02% (mtm), yang disumbang oleh kenaikan harga rokok putih dan bahan bakar rumah tangga.
“Secara tahunan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 2,79% (yoy) dan diperkirakan pada akhir tahun masih akan dalam koridor sasaran,” sebutnya.
Konsolidasi Program Kerja TPID
“Ku Bangga Jadi Balikpapan”. Itu lah tagline yang mencuat dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan, Selasa (5/9) lalu. Rapat itu digelar dalam rangka konsolidasi program kerja pengendalian inflasi pasca Lebaran dan menindaklanjuti Rakorwil TPID di Makassar dan Rakornas TPID di Jakarta.
Ada beberapa pokok kesimpulan hasil dari rapat tersebut. Pertama, TPID Kota Balikpapan menyepakati 5 pilar strategi pengendalian inflasi, yakni Ku Bangun kelembagaan dan inovasi, Ku Jaga jaringan distribusi, konektivitas dan produksi berkualitas, dan Ku Bela pengendalian ekspektasi, ketersediaan pasokan dan pemantauan berkelanjutan. Dari kelima pilar itulah terlahir tagline “Ku Bangga Jadi Balikpapan”.
Kedua, TPID akan mengimplementasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan daerah hinterland (Penajam Paser Utara) dan daerah pemasok. Lalu, TPID akan mengembangkan inovasi sebagai bagian dari pengendalian inflasi. Terakhir, TPID akan menertibkan pelabuhan untuk kelancaran arus barang.
Setidaknya ada 3 faktor yang memberi tekanan inflasi ke depannya. Masing-masing yakni, risiko kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) akibat penyesuaian harga, naiknya harga bahan makanan akibat cuaca buruk dan kembali naiknya tarif angkutan udara akibat adanya event nasional yang diselenggarakan di Kaltim dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN).
“Untuk mengantisipasinya, tetap perlu koordinasi yang baik antara Pemerintah Daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait,” tutup Suharman. [*]