Polri dan Semangat Kebangkitan Nasional
Oleh: Muhammad Nadzir
Dosen Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Balikpapan
Sejarah kemakmuran bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan peran kejayaan nenek moyang bangsa Indonesia mulai dari kejayaan kerajaan Kutai, kerajaan Taruma Negara, kerajaan Kalingga, kerajaan Mataram, kerajaan Kadiri, kerajaan Singosari, kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, kesultanan Ternate, kasultanan Bone, Kasultanan Tidore, Kasultanan Banjar, kasultanan Paser, kasultanan Demak, kasultanan Banten, Kasultanan Cirebon, Kasultanan Aceh, Kasultanan Siak Sri Indrapura dan kasultanan-kasultanan lainnya yang dengan tokoh-tokoh dimasanya seperti raja Mulawarman, Ken Arok, Bala Putra Dewa, Prabu Airlangga, Brawijaya, Gadjah Mada, Sultan Malikus Saleh, Sultan Iskandar Muda, Sultan Arraniri, Sultan Badarruddin, Sultan Hassanuddin, Sultan Agung Tirtayasa, Sultan Mangku Bumi, mampu memakmurkan nusantara, sehingga dikenal sebagai kerajaan dan kesultanan yang Gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo, negara yang melimpah kekayaan alamnya, makmur dan sejahtera damai dan Bahagia penduduknya.
Namun kesejahteraan tersebut dalam sejarahnya terenggut oleh keserakahan segelintir orang yang tamah kekuasaan sehingga runtuh akibat perang saudara, politik suksesi antar kelompok membuat sibuk berebut, berkelahi dan berperang sehingga rakyat terlupakan, akibatnya kerajaan menjadi lemah dan akhirnya runtuh tidak berbekas.
Pada sisi yang lain tidak kalah faktor yang mempengaruhi dari luar kerajaan berupa agresi, agitasi, dan akupasi kekuasaan dari luar yang mencoba mengkerdilkan dan menguasai sumber daya kerajaan dan kesultanan, seperti penjajahan yang dilakukan oleh Belanda dan koloninya sehingga menimbulkan kerugian, kemelaratan, penindasan, kemiskinan, keterbelakangan dan kesengsaraan pada penduduk nusantara.
Upaya-upaya untuk membebaskan nusantara yang makmur dari cengkeraman penjajah telah dilakukan oleh banyak raja-raja dan tokoh-tokoh kesultanan, seperti Teuku Imam Bonjol, Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut nyak Dien, Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Raden Intan, Raden Fatah, Sultan Hasanuddin, Sultan Iskadar Muda, Sultan Babullah, Sultan Thaha, Sultan Syarif Kasim, namun sayang perlawanan-perlawanan yang sifatnya sporadis dan bersifat lokal kedaerahan mudah dikalahkan oleh pihak penjajah yang memiliki balatentara cukup banyak dan persenjataan yang jauh lebih modern.
Namun demikian semangat perlawanan untuk membebaskan dari kolonial terus-menerus diupayakan dan diperjuangkan oleh generasi generasi berikutnya dengan cara dan model sesuai dengan perkembangan zaman, beragam perlawanan fisik yang dilakukan oleh para pendahulu sebelumya senantiasa dapat dipatahkan dan bahkan banyak pangeran dan sultan yang ditangkap, dipenjara dan tidak jarang yang akhirnya dihukum mati.
Sejalan semakin terdidiknya sebagai bagian warga nusantara dari pendidikan yang diberikan oleh penjajah Belanda yang pada awalnnya untuk menyiapkan tenaga-tenaga administratif pemerintahan Hindia Belanda dan dalam upaya pengembangan tenaga terampil dalam bidang ekonomi, kesehatan, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan bisnis sumber daya alam yang lainnya, Hindia Belanda menyediakan sekolah-sekolah dinusantara yang diikuti oleh beberapa putra-putri nusantara.
Pada masanya putra-putri tersebut menjadi tersadar akan pentingnya kemerdekaan yang harus diupayakan dengan cara-cara yang elegan salah satunya dengan cara membentuk kelembagaan atau organisasi dan yang pertama kali dibentuk adalah Organisasi Budi Otomo pada tanggal 20 Mei 1908 oleh dr. Wahidin Sudiro Husodo, dr. Sutomo, Gunawan Mangoen Koesoemo, yang merupakan mahasiswa kedokteran dari sekolah tinggi kedokteran School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta.
Organisasi Budi Oetomo merupakan organisasi pemuda dan mahasiswa yang pada awalnya bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan kebudayaan, namun dalam perjalanannya seiring bermunculannya organisasi sarikat islam, sarikat dagang islam, yang menumbuhkan semangat persatuan, senasip sepenanggungan dan kesadaran akan pentingnya kemerdekaan maka selanjutnya organisasi Budi Utomo mendorong anggotanya untuk mengusahakan persatuan, kemerdekaan dari bangsa penjajah dan akhirnya Douwes Dekker dan Tjiptomangun Kusumo yang menjadi pimpinan Boedi Utomo saat itu harus rela dipenjara oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Perjuangan pergerakan terus dilanjutkan oleh pemuda-pemuda nusantara yang domotori oleh pelajar, pemuda dan mahasiswa yang memahami keadaan negeri menginginkan negeri yang bebas dari penjajahan maka pada tanggal 27-28 Oktober tahun 1928 dilaksanakan konggres Pemuda di Jakarta dan menghasilkan ikrar pemuda yang kemudian disebut Sumpah Pemuda dari wilayah nusantara yang dipimpin oleh Mohammad Yamin, Soegondo, Mr. Sunaryo yang berisikan “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia, kami putra dan putri Indonesia berbangsa yang satu bangsa Indonesia, kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”.
Sumpah pemuda tersebut mengilhami semangat persatuan dan kesatuan berbangsa, bersatu padu melawan penjajahan di nusantara, dari pemuda Sumatra, pemuda Jawa, pemuda Bali, pemuda Kalimantan, pemuda Sulawesi, pemuda Maluku, pemuda Papua, pemuda Nusantenggara, pemuda Lombok, bersatu melawan penjajah menjadikan Indonesia merdeka.
Perjuangan untuk meraih kemerdekaan Indonesia selanjutnya dilakukan oleh pemuda Soekarno yang juga merupakan mahasiswa pada Tehcnische Hoogeschool te Bandoeng yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung, dengan mendirikan Algemaine Studie Club yang terinspirasi oleh kiprah dr. Soetomo dalam berjuang mengupayakan kemerdekaan Indonesia di tahun-tahun sebelumnya.
Dari pengalaman berorganisasi Algemaine Studie Club Soekarno kemudian membentuk Partai Nasional Indonesia yang kegiatannya adalah perjuangan meraih kemerdekaan melalui cara-cara elegan dengan mendirikan partai politik, sebagaimana pendahulunya upaya Soekarno muda ini dianggap membahayakan pemerintah Hindia Belanda dan akhirnya Soekarno ditangkap dan di masukkan ke dalam Penjara di Bandung dipindah ke penjara Sukamiskin, setelah bebas beberapa saat dipenjara kembali dan diasingkan ke penjara di Ende Flores, dipindah lagi ke Penjara di Bengkulu, penjara bagi Soekarno tidak mematahkan semangat malah sebaliknya membuat upayanya untuk membebaskan nusantara dari penjajahan kolonial semakin gigih.
Dengan kerja keras membangun persatuan dan kesatuan dengan pemuda pemuda lainnya seperti Muhammad Hatta, Mr. Achmad Soebardjo, Muhammad Yamin, Wahid Hasyim, Kahar Mozakkir, Raden Abikoesno, KH. Agus Salim, AA Maramis, serta tokoh-tokoh pemuda lainnya yang tergabung dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia merumuskan dasar-dasar negara, yang kemudian secara khusus dibentuk tim persiapan kemerdekaan yang bertanggungjawab menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai Indonesia menjadi negara yang merdeka dan tim tersebut dikenal dengan sebutan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta, dan pada akhirnya atas berkat rahmat Allah SWT kemerdekaan bangsa Indonesia di Proklamasikan oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agusus 1945.
Para pendahulu yang sering dikenal dengan para pejuang dan para pahlawan telah menggariskan, merumuskan tentang apa yang dicita-citakan bangsa Indonesia setelah menjadi bangsa yang merdeka yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mamajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Rumusan konsep tersebut selanjutnya menjadi tangungjawab negara untuk mewujudkannya yang kemudian dimandatkan kepada pemerintah sesuai bidangnya, baik pihak eksekutif yang dipimpin oleh presiden beserta kelembagaan dibawahnya seperti kementerian negara, kepolisian negara, kejaksanaan, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten dan kota, maupun pihak legislatif yang dalam hal ini dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/kota.
Dan juga kelembagaan Yudikatif seperti Mahkamah Agung yang meliputi Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara dan Juga Mahkamah Konstitusi. Kepolisian negara republik Indonesia sebagai bagian dari unsur eksekutif dari pemerintah memiliki tangungjawab dan tugas yang cukup besar yaitu melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat serta melakukan penegakan hukum, dengan semangat kebangkitan bangsa yang merupakan cita-cita pendahulu untuk memakmurkan dan mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia, kepolisian negara bersungguh-sungguh sesuai perannya menjaga ketertiban masyarakat dalam mewujudkan cita-cita negara. [*]