Simpanlah Gawai Agar Bisa Lebih Kreatif
Beberapa waktu lalu, negara Amerika Serikat dan Inggris menerbitkan aturan untuk melarang para penumpang dari negara-negara tertentu membawa laptop maupun komputer tablet dalam penerbangan mereka karena alasan keamanan.
Bagi para penumpang yang terkena peraturan tersebut, langkah ini memang menyebalkan. Apa yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu selama penerbangan jika tidak diperbolehkan membawa gawai ke dalam kabin pesawat?
Sebuah maskapai penerbangan, Royal Jordanian, merespons larangan tersebut dengan mengeluarkan saran “12 Things to do on a 12-hour flight with no laptop or tablet“. Saran untuk melakukan analisis tentang arti kehidupan berada di urutan ke sebelas.
Saran untuk mengisi waktu dengan duduk diam selama perjalanan dan berkontemplasi, tidak menghibur diri dengan layar gawai, dapat dianggap aneh. Karena biasanya kita menghabiskan waktu untuk mengusir rasa bosan saat menunggu, atau beristirahat dari pekerjaan kantor adalah dengan memanfaatkan telepon pintar atau gawai kita.
Otak tidak dibiarkan beristirahat karena kita tetap memantau berbagai media sosial yang kita ikuti, menjawab surel atau pesan pendek, maupun bermain gim daring.
Sebuah penelitian yang diadakan tahun 2012 menunjukkan bahwa membiarkan pikiran melayang-layang ternyata dapat membuat kita mampu memecahkan suatu masalah dengan lebih baik dan kreatif.
Karena di saat itu, pikiran mengakses semua memori, emosi dan pengetahuan yang tersimpan secara acak, demikian menurut Amy Fries, penulis Daydreams at Work: Wake Up Your Creative Power seperti yang dikutip dari BBC. Inilah yang membuat kita menemukan sudut pandang yang baru atas sebuah masalah.
Sayangnya banyak orang yang lebih memilih untuk menghabiskan lebih dari 10 jam per hari untuk mengakses dan berinteraksi dengan gawai, seperti yang ditunjukkan oleh Nielsen dan eMarketer. Akibatnya sebagian dari kita akan merasa tidak nyaman jika harus diam dengan pikiran sendiri, tanpa gawai atau telepon pintar.
Apalagi sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketika orang diberikan pilihan untuk duduk diam tanpa gangguan selama enam sampai 15 menit atau mendapatkan setrum ringan, banyak yang memilih setrum.
Daniel Willingham, seorang profesor psikologi dari University of Virginia, mengatakan bahwa menurut penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun, otak memiliki dua sistem perhatian, yaitu eksternal dan internal. Sistem internal baru aktif ketika pikiran kita hanya terpusat pada diri kita sendiri, tentang masa lalu dan masa depan kita, lalu akhirnya akan memunculkan ide-ide baru.
“Kedua sistem tersebut tidak dapat aktif pada saat yang bersamaan, namun dalam beberapa hal mereka terhubung,” demikian menurut profesor Willingham.
Ketika kita sedang berinteraksi dengan gawai, sistem internal tidak aktif. Bayangkan apa yang terjadi jika kita menghabiskan waktu 10 jam sehari dalam satu sistem atensi.
Apa dampaknya pada otak kita dan kemampuan memunculkan ide-ide kreatif? Kendati sampai saat ini belum diketahui secara penuh, namun menghabiskan waktu hanya dengan sistem eksternal, dapat memiliki efek jangka panjang.
Puasa digital
Sebagian orang sudah mulai menyadari berkurangnya kemampuan berpikir kreatif yang disebabkan kecanduan digital ini. Mereka mulai mengurangi atau bahkan menghentikan kegiatan yang membuat sistem internal tidak bekerja.
Misalnya dengan membatasi penggunaan gawai hanya untuk hal yang benar-benar penting, saat bekerja atau belajar. Atau menutup akun media sosial mereka.
Melakukan kegiatan yang tidak membutuhkan perhatian fokus, akan menumbuhkan pikiran inovatif atau kreativitas. Yang lebih penting lagi adalah memberikan waktu pada diri Anda untuk melamun.
Source : Beritagar.id