FeaturedLeisure

Spot Baru Wisata Alam Balikpapan: Mangrove Kariangau

Balikpapan memang gudangnya wisata alam. Tengok saja deretannya. Ada pantai yang membentang dari Kampung Baru sampai Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara. Pantai yang sudah dikenal seperti Banua Patra, Kilang Mandiri, Monpera, Seraya, Manggar, sampai Lamaru.

Jangan lupakan pula Hutan Lindung Sungai Wain di Kecamatan Karang Joang yang berdampingan dengan Kebun Raya Balikpapan. Juga ada mangrove di Kelurahan Graha Indah. 

Kini bertambah lagi spot untuk pelesiran, yang letaknya di perbatasan kecamatan Balikpapan Barat-Balikpapan Utara. Mangrove Karingau. Berada di teluk Balikpapan, kawasan wisata hutan bakau ini sebenarnya sudah lama ada. Sebuah jembatan ulin sepanjang kurang lebih 2 kilometer yang menghubungkan dua kecamatan itu adalah fasilitasnya.

Jembatan Ulin, penghubung dua kecamatan

Dari sini, kita bisa menikmati berbagai macam spot  menarik, khas wilayah pesisir. Beda dengan Mangrove Graha Indah, pengunjung bisa menyaksikan keramaian teluk Balikpapan dengan kesibukannya. Juga tetap dapat menelusuri hutan bakau dengan ketinting. Mau lihat bekantan juga bisa.

Bahkan, sekadar menikmati santap siang di atas ‘kapal’ dengan menu primer kepiting juga bisa. Inilah yang membuat Mangrove Kariangau berbeda dengan wisata alam lainnya di kota ini.

Mangrove Kariangau memang dilengkapi dengan fasilitas rumah makan. Uniknya, rumah makan itu berbentuk kapal dan terapung. Fasilitas ini baru diresmikan Walikota Balikpapan, Rizal Effendi, Minggu (21/7/2019).  “Dengan adanya fasilitas ini bisa menjadi tujuan wisata baru di Balikpapan,” kata bekas wartawan itu.

Tapi yang lebih penting, menurut Rizal Effendi, masyarakat semakin menunjukkan kepeduliannya terhadap keberadaan mangrove. Sehingga upaya pelestarian lingkungan bisa terus berlangsung. “Mangrove ini sumber makanan untuk kepiting yang dibudidayakan warga. Selain itu, mangrove juga menjadi ekosistem bekantan.”

Ada kapal yang siap mengantar pengunjung mengeksplorasi hutan bakau

Rupanya, keberadaan fasilitas itu hasil bantuan Pertamina. Operation Head Depot LPG Balikpapan, Ali Akbar Tampubolon bilang, bantuan diberikan kepada kelompok nelayan Semangat Baru. “Program pengembangan  ekowisata mangrove menyasar dua hal sekaligus, yakni pelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan,” kata dia.

Bntuan yang diberikan Pertamina adalah budidaya kepiting bakau, pelatihan pembuatan produk makanan olahan, dan pembangunan rumah makan apung berbentuk kapal.

“Kami melihat potensi pemberdayaan masyarakat dan pengembangan wisata bisa dilakukan secara beriiringan di kawasan jembatan ulin ini, karena umumnya masyarakat bekerja sebagai nelayan,” kata Ali Akbar. Pembuatan rumah makan berbentuk perahu tersebut, selain menambah fasilitas kawasan wisata, juga menjadi tempat pemasaran hasil produk tambak dan makanan olahan buatan masyarakat.

Suasana alam yang menawarkan pemandangan khas hutan bakau

Rumah makan ini dikelola oleh para ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Kariangau Lestari. Mereka umumnya para ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan dan hanya mengandalkan penghasilan suami sebagai nelayan. 

“Maka dengan program ini, keduanya mendapat manfaat. Sehingga diharapkan pendapatan domestik mereka bisa terpenuhi, dan kesejahteraan meningkat.” Ali Akbar menjelaskan, sasaran dari program CSR Depot LPG Balikpapan ini adalah masyarakat RT 01 & 02 Kariangau, Kecamatan Balikpapan Utara.

Dalam pelaksanaan program ini, Pertamina bekerjasama dengan Econatural yang menyusun tahap perencaaan hingga pelaksanaan. Pembangunan keramba dan rumah makan tersebut dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat Kariangau, sehingga diharapkan menumbuhkan rasa memiliki terhadap bantuan yang diberikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Check Also
Close
Back to top button
.