Travel

Tersesat di Teritip

Awalnya sebuah undangan untuk menyaksikan pelatihan pembuatan handicraft di Bukit Pringgondani, satu kawasan yang ditetapkan sebagai Desa Wisata oleh Dinas Pariwisata Balikpapan. Taman wisata dan penelitian itu berada di Desa Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur. Sekitar 28 kilometer dari pusat kota.
My journey started from an invitation to watch handicraft training workshop at Bukit Pringgondani. Bukit Pringgondani is one village stated as the Village of Tourism by the Government’s Agency of Tourism. This tourism and research village is located in Teritip, Eastern Balikpapan;28 kms from downtown.
Seorang kenalan, Fimarifat Aladian, yang saya temui di acara itu justru lebih antusias mengisahkan eloknya mangrove Teritip yang belum terekspos. Cerita pria yang biasa disapa Arif itu membuat saya sedikit penasaran.
But a colleague of mine, Fimarifat Aladian, whom I met at the workshop was enthusiastically describing the beauty of virgin Teritip mangroves. Arif, so he was his nickname, was successfully intrigued me in pursuing it.
Selama ini, kawasan mangrove paling terkenal di Balikpapan cuma dua; Mangrove Center di Balikpapan Utara yang punya bekantan dan lumba-lumba air tawar atau pesut. Kedua adalah Mangrove Margomulyo yang jaraknya tak lebih 5 kilometer dari pusat kota.
These days, there are two mangroves places in Balikpapan; Mangrove Center in Nothern Balikpapan which has bekantan and pesut (raw water dolphin) and Margomulyo Mangrove in Western Balikpapan.


Arif meyakinkan saya, bahwa mangrove Teritip punya keistimewaan yang tak dipunyai kawasan lain. Saya pun tergerak membuktikan cerita itu.
Arif ensured me that Teritip Mangrove has distinctive difference among the other two. I was moved to prove it.

Bersama seorang temannya, Anto, siang itu juga kami mencari lokasi yang dimaksud. Dari Bukit Pringgondani kami mengambil arah ke pusat kota. Mulanya, jalanan masih beraspal, mulus dan ramai dilalui kendaraan. Menjelang 20 menit, kami bergerak ke kiri mengambil jalur pantai. Tidak ada papan nama jalan, tidak ada penunjuk arah, hanya jalan selebar 4 meter. Satu-satunya penanda hanyalah bengkel oli.
Along with another colleague, Anto, we seek for its location. From Bukit Pringgondani, we drove towards downtown. After 20 minutes driving, we turn left towards the shore. There were no signage, no street name. The road was only 4 meters wide. The only place to mark was the mechanic shop.

Perjalanan menuju mangrove bak trek offroad. Tikungan, cekungan, lumpur, beradu dengan roda kendaraan. Perasaan mual akibat guncangan sempat terasa. Namun sejuknya udara yang mengalir dari sela-sela pohon kelapa mampu meredam perasaan itu.
The journey towards mangrove was like hitting offroad tracks; turns, basins, and mud was roughly taken by the driver. I felt a bit queasy due to the tracks, but the air flowing by the coconut trees smoothed my feeling.

Rumah-rumah penduduk di kawasan ini masih jarang. Banyak lahan kosong ditumbuhi pepohonan liar dan kelapa. Teritip dikenal sebagai pemasok kelapa muda. Bulan Ramadan lalu, kelapa muda dari daerah ini membanjiri jalanan Balikpapan. Para penjual es kelapa muda dadakan berlomba menyediakan menu berbuka.
There were lack of civilians houses. There were only lands covered by bushes and coconut trees. Teritip has been fond of its coconut supplies. In every Ramadhan, coconut drinks flooded the street of Balikpapan. It is a famous menu in Ramadan.

Setelah melalui rumah-rumah warga dengan jalanan bergelombang, seperempat jam kemudian, kami berjumpa dengan kolam-kolam tambak. Sebagian sudah dipanen, namun sebagian besar masih kosong. Inilah salah satu tambak ikan bandeng terbesar di Balikpapan. Ada puluhan kolam tambak yang terhampar.
In the next 15minutes, we saw the fish ponds. This is one of the largest Bandeng fish ponds in Balikpapan.
Selain bandeng, tambak-tambak di Teritip juga digunakan sebagai budidaya kepiting. Salah satu bahan kuliner lezat yang dihadirkan rumah makan-rumah makan kepiting di kota ini.
Besides bandeng, these ponds are usually used to cultivate crabs. These crabs are supplied to many delicious restaurant in downtown.

Di sini, di pinggir kolam tambak inilah perjalanan dengan kendaraan berakhir.
And, this is where our vehicle must stop.

Untuk mencapai sasaran, kami melanjutkan dengan jalan kaki. Meniti kolam-kolam tambak, berlindung dari terik matahari di bawah pohon kelapa yang tumbuh liar, serta menyisir anak-anak sungai. Beruntung saat itu saya menggunakan sepatu traveling dan sebuah ransel ringan berisi kamera dan air mineral.
To continue the journey, we must take a walk to it. Walking through the ponds, under the shades of coconut trees to avoid the heat, and strolling through the river. Luckily, I prepared myself with travelling shoes and a light bag containing camera and mineral water.

“Ada banyak aktivitas bisa kita habiskan di tempat ini. Selain memancing atau berenang, banyak spot fotografi yang menunggu untuk diekplorasi. Termasuk bagi Anda fotografer profesional yang tengah bingung mencari lokasi eksklusif pre wedding klien.”
Sepanjang perjalanan, bunyi kecipak tempakul,–ikan yang bisa hidup di permukaan air, bersahutan dengan bunyi “pletak” kepiting. Ada kalanya serombongan kuntul terbang rendah di atas kolam sebelum hinggap menyantap mangsa. Burung berwarna putih dengan kaki jenjang itu mudah terlihat di kawasan ini.
Along the journey, I kept on hearing the clap of crab and tempakul (a fish usually lives on the water surface). I could see heron birds fly low to catch its prey. I kept seeing those birds here.

Hampir 15 menit kedua, Arif beberapa kali salah mengambil jalur. Kami pun harus berputar mengelilingi petak-petak kolam. Jalan kaki yang cukup melelahkan di siang hari yang panas. Setelah dua kali tersesat, Arif terlihat sumringah. “Kita sudah sampai, itu jalannya,” ia berseru sambil menunjuk sebuah gapura bertuliskan “Selamat Datang di Kawasan DPML Teritip”.
After another 15 minutes and Arif mistakingly took the wrong way several times under the heat, he smiled and told us. “We are here, this is it”. He showed us the gate “Welcome to DPML Teritip”.

Total jenderal, kami memerlukan waktu setengah jam dari jalan raya untuk mencapai kawasan mangrove.
In general, it took us half an hour to reach mangrove area.

DPML adalah singkatan dari Daerah Perlindungan Mangrove dan Laut. Pemerintah Kota Balikpapan menjadikan daerah ini sebuah kawasan konservasi. Sebagai salah satu kawasan pesisir, keberadaan mangrove penting untuk mencegah abrasi. Tindakan yang dilakukan pemerintah antara lain menggalang masyarakat menanam bibit bakau. Ini terlihat dari beberapa bibit yang mulai tumbuh.
DPML stands for Sea and Mangrove Protection Area. The government of Balikpapan stated this area as a conservation area. In the shore, mangrove  is very important to prohibit abration. The government gather the people to plant mangrove seeds. I could see that those seed started to grow.
Jembatan kayu sepanjang kira-kira setengah kilometer dengan lebar setengah meter membelah mangrove. Jembatan kanopi ini sangat kuat karena dibuat dari kayu ulin. Di kiri dan kanan jembatan, pohon bakau menjulang cukup tinggi. Namun tidak terlihat adanya primata yang biasa menghuni mangrove, bekantan. Ini berbeda dengan mangrove lain di Balikpapan yang dihuni ikon wisata Jakarta, Dufan.
As we entered the mangrove area, we walked on a wooden bridge made of ironwood, half meters wide. Mangrove trees stood tall. Here, we couldn’t find bekantan as in other mangrove area.

Meski begitu, bukan berarti menyusuri jembatan tak menarik lagi. Di ujung jembatan sebuah pantai yang masih asing telah menunggu! Saya pun gegas menghabiskan sisa jembatan kayu agar tiba di pantai.
Well, although there aren’t any bekantan, it doesn’t mean that walking on the bridge doesn’t end well. In the end of the bridge, an amazing virgin beach awaited us! I rushed myself to go there.

Suasananya benar-benar asing. Tak satupun manusia terlihat di sini. Berbeda dengan pantai lain yang kerap Anda kunjungi, pantai Teritip ini nampak bersih. Pasir putih yang luas nampak bergulung-gulung akibat air laut yang mencari celah menuju mangrove.
It was very deserted there. There weren’t any human but us. It is a very clean beach. Vast White sand was carved beautifully by the sea waves.
Jika air surut, nampak sekali gusung muncul ratusan meter di permukaan. Batas hamparan pasir dengan air laut sangat panjang. Salah satu kelebihannya adalah, tak terlihat adanya batuan atau kerikil diantara pasir. Inilah yang disebut Arif sebagai salah satu keunikan mangrove Teritip yang tak dimiliki kawasan lain.
If the wave receded, we could see the gusung appeared above the sea surface. The line between sand and sea is very long. This beach has its own uniqueness : there weren’t any pebbles nor rocks throughout the sands. This is what Arif meant as the unique point of Teritip Mangrove.
Ada banyak aktivitas bisa kita habiskan di tempat ini. Selain memancing atau berenang, banyak spot fotografi yang menunggu untuk diekplorasi. Termasuk bagi Anda fotografer profesional yang tengah bingung mencari lokasi eksklusif pre-wedding klien.
Many private activity can we spend in this place. In addition to fishing or swimming, many photography spots waiting to be explored. Included for your professional photographer who is confused to find the location of an exclusive pre-wedding clients.

Pantai ini begitu tenang. Tanpa ombak dan jarang dikunjungi pelancong. Hanya para pemancing yang banyak menghabiskan waktu di tempat ini. Tanpa keramaian dan fasilitas apapun, kecuali sebuah pondokan, kita bisa menghabiskan waktu liburan di pantai ini layaknya pantai pribadi.
The beach was so calm. There weren’t any waves and it is rarely visited by travellers. There were only several fishers spending their time here. There weren’t any crowd nor facilities but a mere hut. We can spend our vacation as if it were our own beach.
Jika ingin berlama-lama di tempat ini persiapkan bekal Anda, atau ambil ikan dengan pancing. Kumpulkan ranting-ranting bakau yang mengering dan buat api unggun. Bakar ikan dan santap bersama di pinggir pantai sambil bernyanyi bersama. Untuk menemani ikan bakar, petik kelapa langsung dari pohonnya. Tapi ingat selalu, Anda harus menjaga kebersihan.
Should we like to spend longer time here, we should prepare our meal; or fish our meal. Gather the mangrove dry sticks and make a fireplace. We can grill the fish and eat it together, while accompanied by a song by our colleagues. A fresh coconut can be harvested directly from the tree. Just remember to keep the beach clean. [reno ardans]

Source : Majalah DISCOVER BALIKPAPAN Edisi ke 32 Agustus 2014

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Check Also
Close
Back to top button
.