Seorang penjelajah dari Eropa yang hidup pada abad XVII, Francois Valentijn, menggambarkan kemolekan Balikpapan dalam bukunya Oud en Nieuw Oost-Indien. Ia menulis Balikpapan sebagai “Desa yang berada di antara lekukan sungai”. Valentijn menyampaikan kekagumannya terhadap masa lalu kota ini. Dan apa yang dikagumi Francois Valentijn itu, masih terus terjaga hingga kini.
Francois Valentijn, once a European traveller in XVII visualized the beauty of Balikpapan in his book; Oud en Nieuw Oost-Indien. He wrote Balikpapan as “a village between a river’s curve”. Valentijn expressed his admiration to Oil City’s past times. And what used to be admired, still exist today.
TETAP DICINTAI: Jalan menuju Pelabuhan Semayang Kota Minyak pada masa lalu (foto atas) dan Balikpapan masa kini.
NYAMAN DIHUNI: View Kilang Minyak tahun 50-an, pemandangan pusat kota di malam hari (bawah). Foto kanan, aktivitas di kawasan pelabuhan Peti Kemas Kariangau dan Pantai Kemala Beach di tengah kota.
..daarna buigt de wal met een dikken hoek van 5 tot 6 mijlen lang tot het dorp en de rivier van Billipapan en nog 3 mijlen verder vertoont zich het dorp en de rivier van Paser…tulis Valentijn. Dengan bahasa puitis, Valentijn menemukan sebuah desa setelah menyusuri 5-6 mil hulu sungai. Desa Bilipapan atau Balikpapan berada di antara lekukan sungai sepanjang 3 mil dari Paser.
Bukan hanya Valentijn, orang Eropa lainnya, J.A. Ogier MSF pada awal abad XX dalam lawatannya mencatat Balikpapan adalah sebuah kota di Kalimantan Timur. Kota itu terletak di teluk yang sangat indah dan pelabuhan yang ramai. Bangsa lain begitu mengagumi kota pinggir pantai yang tertib dan bersih ini. Selain memuji lokasi yang strategis, juga kekayaan alam dan budaya. Di era modern, pujian terhadap kota berpenduduk 700 ribu jiwa ini juga masih berlanjut.
By poem, Valentijn expressed how he found a village after crossing a river bank for 5-6 miles. It was Bilipapan village,or Balikpapan village located 3 miles from Paser.
Not only Valentijn who noted its beauty, there was also J A Ogier MSF in XX-century said that Balikpapan is a city in Kalimantan timur. It is located in a beautiful bay and crowded port. This city is not only strategic, but also rich in resources and culture. In modern era, the compliment continues.
Akhir tahun lalu, Balikpapan dinobatkan sebagai Most Livable City dari Ikatan Ahli Perencana Indonesia. Sebuah penghargaan bergengsi sebagai wujud apresiasi terhadap kinerja pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam menjadikan Balikpapan sebagai kota yang nyaman dihuni.
Kejutan terjadi lagi pada awal tahun ini. Organisasi non-pemerintah internasional, World Wild Fun for Nature (WWF) global memasukkan Balikpapan sebagai salah satu kandidat kota paling dicintai.
Program We Love Cities merupakan bagian dari Earth Hour City Challenge yang diikuti 163 kota dari tujuh belas negara. Mereka adalah; Brazil, Kanada, Kolombia, Finlandia, Perancis, India, Indonesia, Malaysia, Meksiko, Republik Korea, Afrika Selatan, Singapura, Spanyol, Swedia, Tanzania, Thailand, dan Amerika Serikat.
WWF, dengan dukungan dari Accenture, telah memilih 44 finalis yang selanjutnya dikaji oleh juri internasional. Juri akan menganalisis tindakan dan komitmen yang dilaporkan oleh kota-kota, dan akan mengidentifikasi seorang pemimpin keberlanjutan per negara untuk Modal Awards Nasional Earth hour.
Di antara kota-kota itu, akan dipilih satu kota sebagai Earth Hour Global Capital. Para kandidat akan disajikan selama kongres dunia International Council for Local Environmental Initiatives (ICLEI) 9 April di Seoul, Korea Selatan.
Last year, Balikpapan was honoured as the most livable city by Association of City Planner Indonesia. It is as a appreciation to the work of government and citizens participation to make Balikpapan as livable city.
One surprise this year is the nomination from World Wild Fun for Nature (WWF) as one of the most lovable city in the world.
We Love Cities in a part of Earth Hour City Challenge in 163 cities in 17 countries; Brazil, Canada, Colombia, Finland, France, India, Indonesia, Malaysia, Mexico, Korean Republic, South Africa, Singapore, Sweden, Tanzania, Thailand and USA.
WWF, in the support of Accenture, had selected 44 finalists to be analyzed by international Jury. The jury will analyze the action and commitment reported by the cities, and identifying leaders leadership in each country to National Earth Hour Modal Awards.
Among those cities, one will be selected as Earth Hour Global Capital. The candidates will be shown world congress International Council for Local Environmental Initiatives (ICLEI) on april 9th in south Korea.
Di Indonesia, aksi We Love Cities digagas bersama Kementrian Lingkungan Hidup dan organisasi Earth Hour. Tujuan program ini ialah menggalang dukungan masyarakat untuk menjadi Kota Berkelanjutan Terfavorit di Dunia.
BUKAN DI JOGJA: Ramai kaki lima, menjajakan sajian khas berselera, di Taman Bekapai.
Sebanyak 44 finalis dari beberapa negara di seluruh dunia telah terpilih tahun ini dalam kegiatan yang menjadi bagian dari WWF Earth Hour City Challenge. Finalis dari Indonesia diwakili Balikpapan, Jakarta dan Semarang.
In Indonesia, We Love Cities was initiated by Ministry of Environment and Earth Hour organization. The aim of this program is to raise the citizens support to make the Worlds Most Favourite Sustainable City. The finalists among the world has participated in WWF Earth Hour City Challenge activities. Indonesia is represented by Balikpapan, Jakarta and Semarang.
GERAKAN PENYELAMATAN LINGKUNGAN | Saving the Environment Act.
Salah satu alasan WWF menyelenggarakan program ini adalah semakin tingginya tingkat emisi karbondioksida (C02) di perkotaan. Mereka mencatat lebih dari 70% dari emisi CO2 di dunia dihasilkan oleh penduduk perkotaan. Dampaknya, iklim tak lagi ramah terhadap bumi.
Earth Hour City Challenge (EHCC) dibuat untuk memobilisasi tindakan dan dukungan mayarakat perkotaan dunia, menuju bumi yang ramah untuk masa depan yang cerah. Caranya mudah, yakni dengan berbagi ide membuat kota lebih hijau, sehingga berkontribusi pada masa depan berkelanjutan.
Selanjutnya, menunjukkan apa yang disukai tentang kota mereka melalui foto dan video. Metode polling dilakukan secara online melalui voting pada laman www.welovecities.org/balikpapan dan media sosial Facebook, Instagram, dan Twitter dengan hashtag #WeLoveBalikpapan.
Balikpapan masuk sebagai finalis EHCC National Capital, dari enam kota di Indonesia yang terpilih dalam gerakan ini. Ada empat aspek tematik yang menjadi tujuan We Love Cities. Yakni di bidang energi, limbah, transportasi, dan green building.
Ketika melakukan voting, masyarakat akan diajukan beberapa pertanyaan seputar program lingkun- gan. Voting berakhir pada 28 Maret serentak di seluruh dunia. Masuk finalis saja sudah begitu membanggakan. Apalagi mampu mempertahankan jumlah suara yang masuk dan meningkatkan pemilih, Balikpapan pun menjadi Kota Paling Dicintai mengalahkan Paris.
One of the reason why WWF promotes this act is the fact that the level of carbon dioxide level in the cities is high. WWF noted that 70% of CO2 emission is produced by citizens. This results in the less-friendly environment.
Earth Hour City Challenge (EHCC) is made to mobilise the act and support from the citizens toward friendlier environment. It is very easy to do, which is to share ideas to make a greener city, such that it can contribute to sustainable future.
The next thing to do is to like what they like about their city in pictures or videos. The polling method is conducted online by collecting votes in www.welovecities.org/balikpapan and hashtag #WeLoveBalikpapan.
When Balikpapan becomes the finalist of EHCC National Capital, there were 4 thematic aspects, such as energy, waste, transportation and green building. Balikpapan was nominated among six nominees from Indonesia.
When voting runs, citizens are given several questions about environmental programme. The vote ends on March 28th. Should we be able to win the vote, Balikpapan may be able to overcome Paris as the worlds most lovable city.
EARTH HOUR BALIKPAPAN
Para relawan yang tergabung dalam oganisasi ini punya andil besar dalam kampanye We Love Cities Balikpapan. Organisasi ini didirikan pada 1 Maret 2012 oleh Fajar Bagus, seorang pekerja swasta yang peduli terhadap gerakan hemat energi. Bersama tujuh aktivis lingkungan lainnya, mereka memopulerkan langkah-langkah penghematan energi seperti memadamkan lampu yang tidak produktif.
Para relawan gerakan ini berasal dari berbagai macam latar belakang, termasuk pelajar dan mahasiswa. Mereka juga aktif memberikan edukasi ke sekolah dan komunitas-komunitas lain untuk meningkatkan kepedulian terhadap energi dan lingkungan.
The volunteers have same Balikpapan We Love City campaign. The organization was built on March 12th, by Fajar Bagus, a private worker who cares about energy-saving acts. Along with other 7 activists, they promote shutting down the light acts.
The members of this act are impressive, consisting students from high school to universities. The organization is also actively giving advises to schools and other communities to increase the awareness about energy and environment.
Awalnya kami fokus pada gerakan hemat energi dengan mematikan lampu atau peralatan listrik tak terpakai. Kemudian bertambah ke lingkungan, karena keduanya saling berkaitan, cerita Fajar.
Ia menyebutkan, kesadaran warga terhadap penghematan energi memang harus terus dibangun, seperti melepas charger telepon yang tak terpakai.
Satu charger mengkonsumsi daya hingga 1 watt dalam 1 jam. Kalau ribuan penduduk Balikpapan tak mencabut charger tak terpakai, maka akan hilang ribuan watt secara percuma, kata dia. Padahal, kita harus menghemat energi untuk generasi yang akan datang, tambahnya.
In the beginning, we were focusing on energy saving acts by shutting down unused lights and electrical utensils. It expanded to environment issues, since they are much related to each other, stated Fajar.
He mentioned the lack of energy saving actions, such as unplugging unused phone charger. One charger consumes 1 watts in 1 hour. Should there be thousands of Balikpapan citizens do that, then we will lose the energy to fuel the next generation. This is Fajars reason in educating the communities.
MINIMALKAN PLASTIK.
Terjun ke pasar untuk edukasi lingkungan.
Jessy Normansyah adalah generasi baru di komunitas Earth Hour Balikpapan. Ia juga turut aktif melakukan kampanye melalui media sosial. Karena sasaran kita adalah generasi muda yang suka dengan sosial media. Perlu pendekatan berbeda, jelasnya.
Teknologi ini membuat semakin praktis dan cepat dalam menyebarkan informasi. Dalam kegiatan memungut sampah di Lapangan Merdeka misalnya, ia mention melalui twitter kepada relawan dan efektif memancing anak muda untuk ikut bergabung, utamanya para pelajar. Kampanye rutin kami adalah memungut sampah, sekaligus mengajak warga yang hadir di car free day untuk tidak membuang sampah sembarangan, kata dia.
SOSIALISASI: Kunjungan ke sekolah-sekolah.
Jessy Normansyah is a newbie in Earth Hour Balikpapan. Hes campaigning actively in social media. Since were targeting youth, we need to use social media. We need different approach, he explains.
Technology has been making our life more practical and swift in spreading the information. For example, in the action of collecting trashes in Lapangan Merdeka, he just needs to mention his friends via twitter. This is one effective way to gather the youth in the action. This routine campaign is picking trashes as well as encouraging people in car free day to not litter, he says.
Earth Hour Balikpapan saat ini diikuti sekitar 50 volunteer aktif dan bekerja bersama komunitas pecinta lingkungan seperti Green Generation dan forum OSIS untuk menggaet lebih banyak relawan.
Balikpapan sendiri adalah kota ke lima di Indonesia yang memiliki organisasi Earth Hour yang kali pertama tumbuh di Sydney, Australia pada 2007. Kota-kota lainnya yakni Jogja, Jakarta, Surabaya dan Bandung. Dua isu yang menjadi fokus perhatian organisasi ini adalah hemat energi dan penyelamatan lingkungan.
RAMAIKAN LAPANGAN MERDEKA: Para relawan turun ke jalan menyuarakan aksi cinta lingkungan dan cinta Balikpapan.
There were one action when they successfully clean up car free day area, collecting 70kg of plastic trash in 2 hours. It is an indicator that people litter though waste bins are available.
Earth Hour Balikpapan has 50 active volunteers and work along with environment community such as Green Generation, OSIS Forum to gather more volunteers.
Balikpapan is the fifth city in Indonesia who has Earth Hour community. The other cities are Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, and Bandung. There are two issues that concern them, which is energy saving and environmental conservation.
EMPAT HAL UNTUK LEBIH DICINTAI | Four Things to Love More
Gagasan besar dalam kompetisi We Love City Challenge adalah dengan melakukan empat tindakan nyata, yakni; pemanfaatan transportasi publik, melakukan penghematan energi, memperbanyak bangunan hijau dan kepedulian sosial.
Dalam hal transportasi publik, Pemerintah Kota Balikpapan tengah meminta tambahan mini bus. Akhir tahun lalu, Trans Balikpapan dengan rute Batu Ampar-Kariangau telah beroperasi. Akan tetapi kesadaran masyarakat menggunakan transportasi umum juga perlu ditingkatkan.
Sebuah gerakan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi mulai muncul. Salah satunya komunitas nebenger. Dari bahasa gaul nebeng, yang berarti menumpang. Komunitas ini terinspirasi dari organisasi serupa di Ibukota Jakarta.
The big idea in We Love city Challenge competition is doing the 4 real actions, which are ; utilization of public transportation, energy saving, build more green buildings and social awareness.
In terms of public transportation, Balikpapan government has requested extra mini bus. In the end of last year, Trans Balikpapan serving Batu Ampar – Kariangau has started operating. Nevertheless, peoples awareness for it need a lift.
There is an act to lessen the use of private vehicle. One of them is nebenger community. It is a slang for hitchriding. It was inspired by similar organization in Jakarta.
Dengan mengurangi transportasi pribadi, kita bisa ikut menekan emisi karbon dan penggunaan bahan bakar, ungkap Fajar lagi. Manfaat lainnya bisa menambah teman, sharing pengalaman dan mengurangi polusi.
Komunikasi dilakukan dengan twitter. Setiap infomasi dibatasi dengan hastag posisi nebenger, rute, tujuan, jam, dan kelengkapan. Seperti bawa helm atau tidak. Jika ada yang searah bisa membalas mention-nya, imbuh Fajar Bagus.
Dukungan untuk membuat kota ini tetap nyaman huni adalah dengan saling peduli terhadap kebersihan. Setiap orang yang memanfaatkan taman-taman publik diajak saling mengingatkan untuk tidak membuang sampah secara serampangan. Pemerintah dan investor membangun ruang terbuka hijau dan mematikan peralatan listrik yang tak terpakai.
Setiap kita barangkali mempunyai love-andhate relationship dengan Balikpapan. Mungkin kita membenci kemacetan yang mulai melanda. Atau kurangnya energi. Namun jika bukan kita yang mencintainya, siapa lagi?[yos]
By reducing the use of private transportation, we can help reducing carbon emission and fuel consumption, stated by Fajar. The other benefit is making new relationship, experience sharing and reducing pollution.
They use twitter to communicate. Every information is tagged by hitchriding position, route, destination, hour and equipments. Equipments such as bringing helm or not. Should there be people making the similar destination, you can simply reply the mention, he said.
The support to make the city as lovable city is to care each other about cleanliness. Every people who enjoy the public parks are reminded about cleanliness. Both government and investors are making green open space and shutting off unused electricity.
Each time, we may have love-and-hate relationship with Balikpapan. We may hate the traffic jam that begins containing Balikpapan. Or either the support of energy has been decreasing. But, if we don’t love it, who else will?[end – eka]
Sukses, Puncak Selebrasi EH Balikpapan
CHANGE CLIMATE CHANGE “Hijaukan Hutan, Birukan Laut” menjadi tema utama perayaan Earth Hour. Kota Balikpapan turut merayakan di 7 titik, sesuai usia hari jadi Earth Hour Indonesia yang ke 7. Dan 7 titik tersebut yaitu di Hotel Novotel-Ibis Balikpapan pusat acara, Kantor Walikota Balikpapan, Grand Sudirman Aston Hotel, SwissBell Inn hotel, Plaza Balikpapan, Taman Bekapai dan Telkom Indonesia.
Selebrasi Earth Hour dipusatkan di pelataran parkir Hotel Novotel- Ibis Balikpapan, diikuti sejumlah perwakilan komunitas Balikpapan untuk menyosisalisasikan kampanye hemat energi dan gaya hidup sehat.
Event ini juga klimaks dari sosialisasi hari terakhir untuk vote Balikpapan pada ajang Welovecities Campaign. Dengan status terakhir Balikpapan berada di urutan pertama dengan jumlah penggunaan hashtag #WeLoveBalikpapan sebanyak 9.882, dan disusul oleh Kota Paris sebanyak 5072.
Selebrasi serupa juga dilakukan serentak di 34 kota di seluruh di Indonesia dan lebih dari 7.000 kota di seluruh dunia. Menariknya, Balikpapan masuk dalam video Earth Hour B-Roll 1 Asia di youtube.com, yakni, kota pertama didunia dan Scene pertama di video tersebut dengan landscape Kantor Walikota Balikpapan.
Peserta event ini berasal dari berbagai kalangan dan untuk umum, seperti Komunitas Forum Duta Wisata Balikpapan, Forum Teluk Balikpapan, Forum Duta Lingkungan Hidup, IMKaltim, Kauhaku Otagei Balikpapan, Green Generation Balikpapan, Stand Up Kota Balikpapan, L-Men Community Balikpapan, GadgetGrapher Kaltim, ‘OI’ Balikpapan sebagai pengisi acara dan komunitas lainnya dengan total peserta -/+ 500 orang.
Didukung volunteer dan fotografer Balikpapan, acara juga dihadiri Wali Kota Balikpapan Rizal Efendi. “Semoga kegiatan ini jadi inspirasi bagi semua masyarakat untuk bergaya hidup sehat dan ramah lingkungan,” sebut Wali Kota yang dinobatkan sebagai Duta Besar Earth Hour Kota Balikpapan.[pr]
Source : Majalah Discover Balikpapan Edisi ke 41 April 2015