ArticleNews

Banjir Sumatera: Dampak Nyata Pembangunan yang Buta Ekologi

Ahli: Pembangunan Buta Ekologi Picu Bencana Berulang di Sumatera

GODISCOVER.CO.ID – Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera dalam sepekan terakhir dinilai para ahli sebagai dampak nyata dari pembangunan yang buta ekologi. Alih fungsi lahan, degradasi hutan, dan ketidakpatuhan pada rencana tata ruang disebut sebagai akar masalah yang memicu bencana berulang.

Wilayah Terdampak dan Skala Kerusakan

Berdasarkan data BNPB per Kamis (27/11/2025):

Sumatera Utara:

  • 12 kabupaten/kota terdampak

  • 45.000 jiwa mengungsi

  • 8.500 rumah terendam

  • 5 jembatan putus

Riau:

  • 8 kabupaten terdampak

  • 25.000 jiwa mengungsi

  • Kerugian ekonomi Rp 2,3 triliun

  • 15.000 hektar lahan pertanian rusak

Sumatera Barat:

  • 5 kabupaten terdampak

  • 12.000 jiwa mengungsi

  • 3.500 rumah terendam

Akar Masalah Ekologis

1. Alih Fungsi Lahan

  • 40% hutan lindung berubah jadi perkebunan

  • 25% daerah resapan air jadi permukiman

  • 15.000 hektar mangrove hilang untuk tambak

2. Degradasi DAS

  • 60% DAS dalam kondisi kritis

  • Sedimentasi sungai meningkat 300%

  • Kapasitas tampung sungai menyusut 40%

3. Pelanggaran Tata Ruang

  • 120 permukiman di bantaran sungai

  • 45 industri di kawasan lindung

  • 80 bangunan menghalangi aliran sungai

Analisis Para Ahli

Prof. Dr. Etty Riani (Ahli Ekologi IPB):
“Banjir ini buah dari pembangunan yang mengabaikan daya dukung lingkungan. Kita memaksakan pembangunan di wilayah yang seharusnya menjadi daerah resapan.”

Dr. Mahawan Karuniasa (Ahli Perubahan Iklim):
“Intensitas hujan memang meningkat, tapi yang memperparah adalah lemahnya infrastruktur ekologis. Hijau sudah berganti beton.”

Dampak Jangka Panjang

Ekonomi:

  • Kerugian diperkirakan Rp 15 triliun

  • 45.000 hektar lahan pertanian gagal panen

  • 1.200 UMKM terancam bangkrut

Sosial:

  • 15.000 anak putus sekolah sementara

  • Wabah penyakit mulai merebak

  • Trauma psikologis warga

Lingkungan:

  • Erosi tanah masif

  • Penurunan kualitas air

  • Hilangnya keanekaragaman hayati

Respons Pemerintah

Menteri LHK Siti Nurbaya:
“Kami akan evaluasi izin-izin yang terlanjur diberikan di kawasan lindung. Pembangunan harus berwawasan lingkungan.”

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono:
“Selain normalisasi sungai, kami akan bangun infrastruktur hijau untuk mengembalikan fungsi ekologis.”

Solusi Berkelanjutan

Jangka Pendek:

  • Evakuasi dan bantuan korban

  • Perbaikan infrastruktur darurat

  • Penyediaan air bersih

Jangka Panjang:

  • Moratorium izin di kawasan lindung

  • Reboisasi 50.000 hektar lahan kritis

  • Revitalisasi 15 DAS prioritas

  • Penerapan building code ramah lingkungan

Pelajaran yang Harus Diambil

Kepala BNPB Suharyanto:
“Kita tidak bisa lagi memisahkan pembangunan dari lingkungan. Setiap kebijakan harus melalui uji dampak lingkungan yang ketat.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Back to top button
.