ArticleblogDiscover BalikpapanFeaturedHealthKesehatanNews

Program “Makan Bergizi” di Balikpapan Picu Trauma? Siswa Mengeluh “Lebih Banyak Tidak Enaknya”

Niat Baik Pemerintah Dipertanyakan setelah Banyak Siswa Mengalami Mual dan Takut Makan. Orang Tua dan Pengamat Minta Evaluasi Menyeluruh.

 

GODISCOVER.CO.ID – Program Makan Bergizi (MBG) yang dijalankan Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan menuai kontroversi. Alih-alih menciptakan kebiasaan makan sehat, program yang digadang-gadang sebagai terobosan ini justru mendapat sorotan karena banyak siswa yang mengalami mual, muntah, dan bahkan berkembang menjadi ketakutan untuk makan.

Keluhan “lebih banyak tidak enaknya” bergaum dari sejumlah siswa peserta program, yang menyebutkan makanan yang diberikan seringkali memiliki rasa dan aroma yang “amis” atau tidak sedap. Hal ini memicu pertanyaan serius tentang kualitas, penyajian, dan dampak psikologis dari program berbasis anggaran besar ini.

Laporan dari sejumlah sekolah menggambarkan dampak yang memprihatinkan. Banyak siswa dilaporkan memuntahkan makanan yang diberikan, ada yang pusing, dan yang lebih mengkhawatirkan, berkembang menjadi rasa takut (trauma) ketika waktu makan tiba.

“Anak saya bilang, ‘Bu, aku trauma sama makannya’. Itu yang bikin saya sebagai orang tua khawatir. Program yang seharusnya baik malah membuat anak jadi tidak nafsu makan,” ucap seorang orang tua yang anaknya mengikuti program MBG di salah satu SD di Balikpapan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa program ini tidak hanya gagal dari segi penerimaan rasa, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang pada pola makan anak.

Diduga kuat, akar permasalahannya terletak pada proses logistik dan pengolahan. Laporan investigasi menunjukkan adanya indikasi **”broken cold chain”** atau terputusnya rantai dingin dalam pendistribusian makanan. Bahan makanan yang seharusnya disimpan dalam suhu rendah diduga tidak ditangani dengan baik, sehingga mempengaruhi kesegaran dan rasa saat dimasak.

Selain itu, menu yang disajikan dinilai minim variasi. Sumber menyebutkan menu didominasi oleh ikan dengan olahan yang itu-itu saja, tanpa pertimbangan yang matang tentang selera anak-anak. Hal ini memperburuk penolakan dari para siswa.

Menyikapi masalah ini, berbagai pihak menuntut Pemkot Balikpapan untuk melakukan evaluasi total. Anggota DPRD Kota Balikpapan, Yudi Kurniawan, menyebut program ini “keracunan” dalam pelaksanaannya.

“Kita harus berani mengakui jika ada program yang belum berjalan baik. Jangan karena ini program andalan, lalu tutup mata dengan masalah yang ada. Justru harus dievaluasi, diperbaiki metodenya, dan ditingkatkan transparansinya,” tegas Yudi.

Pemkot Balikpapan, melalui Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Enggrani E. Kusnadi, mengakui telah menerima keluhan dan menyatakan akan melakukan perbaikan, termasuk mempertimbangkan untuk mengubah sistem pemberian makanan jadi dengan bahan mentah yang dimasak di sekolah.

Program Makan Bergizi yang menelan anggaran miliaran rupiah ini kini berada di ujung tanduk. Niat baik pemerintah untuk meningkatkan gizi anak-anak harus dibarengi dengan eksekusi yang matang, transparan, dan mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik. Jika tidak, program ini berisiko hanya menjadi beban anggaran yang meninggalkan trauma, bukan gizi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Back to top button
.