News

BI Kembangkan Cluster Bawang Merah

BALIKPAPAN DAN PPU SINERGI PERANGI INFLASI

Oleh: Harry F. Darmawan/GoDiscover

KOMODITAS volatile food yang paling sering menyumbang inflasi secara bulanan di Kota Balikpapan adalah beras, bawang merah, dan cabai rawit. Hal ini dibenarkan dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan selama 3 tahun terakhir. Khusus bawang merah, ini tak hanya berlaku di Balikpapan dan Kaltim, tapi juga di beberapa daerah di Indonesia.

Guna menjaga stabilitas harga, BI KPw Balikpapan mencanangkan pembangunan cluster bawang merah yang berpusat di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara. Hal ini pun akhirnya terwujud berkat penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara BI KPw Balikpapan dengan Pemerintah Kota Balikpapan dan Pemerintah Kabupaten PPU, Rabu (31/5) siang di Kantor Perwakilan BI Balikpapan.

FOKUS PRODUKSI DAN PASOKAN

Kepala Perwakilan BI Balikpapan Suharman Tabrani menjelaskan, pengembangan ini berorientasi hulu pada penyediaan akses bahan baku dan hilir pada akses pasar dalam jangka waktu minimal 3 tahun. Tahun ini program tersebut akan berfokus pada peningkatan kapasitas produksi dan kontunuitas pasokan. Sedangkan pada 2018, akan fokus pada kemandirian dan kualitas benih, peningkatan kompetensi petani penangkar dan kelembagaan ekonomi petani serta memperpendek rantai distribusi.

“Dan 2019, fokusnya pada hilirisasi produk, pengaturan pola tanam, kerjasama antar daerah dan akses keuangan ke perbankan,” lanjutnya.

BERPOTENSI: Kepala Perwakilan BI Balikpapan Suharman Tabrani saat memaparkan potensi Balikpapan dan PPU sebagai sentra produksi bawang merah.

Di Balikpapan, pengembangan cluster bawang merah ini akan dilaksanakan di Gunung Bubukan, Kelurahan Teritip, pada Kelompok Tani Hikma dan di Kabupatan Penajam Paser Utara akan dilaksanakan di Desa Rintik pada Kelompok Tani Karya Usaha sebagai pilot project. “Kedua daerah dan kelompok tani ini sangat berpotensi untuk menjadi sentra bawang merah di Kalimantan Timur,” tegasnya.

Pihaknya berharap, melalui penandatanganan MoU ini dapat terjalin sinergi dalam mensukseskan program pengembangan klaster bawang merah yang dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat dengan peningkatan kapasitas produksi. “Juga mampu mendukung stabilitas harga komoditas bawang merah di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara,” sambungnya.

BERGURU LANGSUNG KE BREBES 

Program pengembangan klaster bawang merah bukan berarti tanpa kendala, khususnya di Balikpapan. Seperti diketahui, ketersediaan lahan dan sistem pengairan masih menjadi hambatan bagi keberlangsungan program ini di Kota Balikpapan. Beda halnya dengan Kabupaten Penajam Paser Utara yang memiliki lahan luas dan sistem pengairan yang baik. Meski begitu, BI meyakini Balikpapan Kabupaten PPU merupakan kawasan yang strategis untuk menjalankan program ini.

SEPAKAT: Walikota Balikpapan Rizal Effendi (kiri) saat menandatangani perjanjian kerjasama pengembangan klaster bawang merah di Gunung Bubukan, Kelurahan Teritip.

Mengenai bantuan apa saja yang akan diadakan oleh BI, Suharman memaparkan, akan melihat nanti apa saja yang bisa dikerjasamakan. “Respon Pak Walikota dan Pak Bupati sangat positif. Nanti akan kita lihat bantuan apa saja yang bisa kita berikan, jadi bukan hanya pelatihan, tapi juga sarana dan prasarana lainnya,” ucapnya.

Menyinggung soal pelatihan, dalam waktu dekat pihaknya akan memberangkatkan 10 orang petani dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) untuk “berguru” langsung ke sentra produksi bawang merah di Indonesia, yakni Brebes, Jawa Tengah.

“Masing-masing 4 orang petani dari Balikpapan, 4 orang dari PPU dan 2 orang PPL. Mereka akan belajar di sana selama seminggu lalu menerapkan apa yang sudah mereka dapat di masing-masing daerah,” pungkas Suharman. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button